"LKS nya kok semakin mahal, sih? Ada beberapa yang harus dibayar langsung pula! Lama-lama bokek, tau!" Pulang sekolah, Nadhif langsung menggerutu. Hari ini dia nggak bisa jajan karena uangnya habis untuk bayar LKS.
"Kalian udah dapet LKS apa aja? Totalnya berapa? Nanti Papa ganti uangnya." Rupanya Lathif mendengarkan gerutuan Nadhif.
"Hmm ... sementara ini udah sembilan mapel, sih."
"Besok Papa bawain uang khusus buat bayar LKS. Tadi kamu bayar berapa, Dhif? Papa ganti dulu uangnya."
"Hmm ... tadi bayar dua LKS, total 25 ribu."
"Nih, gantinya buat jajan. Papa tau kamu tadi nggak jajan, kan?"
"Hehe ... makasih, Pa!" Nadhif berseru senang.
Awal semester memang banyak pengeluaran. SMA Semangat memberlakukan LKS sebagai bahan ajar utama, didampingi buku teks pinjaman dari perpus. Untuk LKS tentu saja mereka harus beli dengan harga kisaran belasan ribu untuk setiap mata pelajaran. Padahal ada 15 mata pelajaran. Jadi para orang tua siswa harus menggelontorkan uang kurang lebih dua ratus ribu untuk membayar LKS.
Selain LKS, biasanya seluruh siswa diminta berdonasi untuk penyelenggaraan Universo, pensi akbar tahunan SMA Semangat. Setiap kelas biasanya berdonasi lima juta, dengan feedback merchandise lengkap khas Universo. Jika dibagi rata, setiap siswa berdonasi sekitar seratus enam puluh ribu.
***
"Jangan lupa bayar LKS, Gaes!!! Yang cowok-cowok terutama, belum pada bayar! Kas juga jangan lupa! Kalau nggak bayar, kulaporin ke grup ortu!" Sudah menjadi rutinitas harian di kelas, Qory berseru galak menagih uang LKS ataupun kas kelas. Biasanya cowok-cowok kelasnya pada mengkeret setelah diancam, tapi kenyataannya mereka tak kunjung bayar.
"Cowok kelas ini yang paling rajin bayar kas cuma Fathan. Bayar LKS juga langsung lunas. Ketua kelasnya aja males bayar kas, apalagi yang lain," keluh Qory.
"Heh, gue termasuk rajin bayar kas, yee!" semprot Thariq tak terima.
"Rajin apanya? Kas kelas sepuluh aja belum lunas! Lihat tuh Fathan, bulan April kemarin udah lunas. Sekarang dia udah bayar kas kelas sebelas buat delapan minggu langsung."
"Aku males ke kantin sih, Rek. Ya jadi uang sakuku kubuat bayar kas aja," jawab Fathan.
Rasanya seru melihat Thariq dan Qory bersitegang. Kalau mereka nggak bersitegang, rasanya kelas malah hampa. Qory yang selalu galak saat menagih uang kas, Thariq yang sering ngeles saat ditagih. Nggak bakal ketemu titik terang!
Kalau mereka lagi berseteru, Nadya sih asyik nonton. Ketawa jahat dalam hati melihat mantan dan sepupunya adu argumen. Dasarnya si Thariq kadang suka ngusilin cewek, jadi dia nggak pernah kapok berdebat sama Qory.
"Aku belum bayar berapa LKS, Rek?"
"Kamu kurang modul fisika 45 ribu, LKS biologi 13 ribu, sama LKS sejarah 13 ribu, Zhif. Jadi total 71 ribu."
"Hmm ... oke. Besok mau kulunasin sekalian ya, Rek. Aku lupa belum minta uang."
"Lah ... Nazhifa belum lunas aja kagak dipermasalahin. Coba kalau gue yang belum lunas, lo langsung merong-merong. Apaaan itu? Nggak adil!" Thariq berdecak sebal. Sayangnya Qory pura-pura nggak mendengar, terlalu fokus menghitung uang.
Untungnya lagi bel tanda upacara telah berbunyi. Hari ini tanggal 14 Agustus, upacara Hari Pramuka. Mau nggak mau mereka harus mengikutinya, tapi gapapa, hari ini nggak ada pelajaran hingga dua hari ke depan. Biasalah, classmeeting HUT RI diadakan selama tiga hari.
***
Ada yang berbeda dari upacara Hari Pramuka tahun ini. Katanya akan ada persembahan dari adik-adik calon Dewan Ambalan kelas 10. Jadi setelah upacara, mereka belum boleh kembali ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]
Teen Fiction[dam·pit] n anak kembar laki-laki dan perempuan (KBBI) Kembar dampit, atau kembar laki-laki dan perempuan. Seperti itulah "status" Nadhif dan Nadya. Mereka sepasang kembar yang telah memasuki masa remaja. Pastinya mereka telah mengenal cinta. Pasti...