Setelah mandi, shalat subuh, dan sarapan di hotel transit, rombongan SMA Semangat bersiap menjelajah Pulau Dewata. Terlebih ada guide khusus dari Bali pada masing-masing bus yang akan menjelaskan banyak hal tentang pulau ini.
Guide di bus 2 ternyata tetangganya Fathan! Seorang ibu usia 40-an, namanya Miranti. Karena Fathan memanggilnya tante, teman sekelas pun ikutan.
"Teman-temannya Fathan ternyata jegeg dan kentir semua. Fathan juga tambah kentir, ya?"
Seisi bus mengernyit bingung, kecuali Fathan tentunya. Lah, masa Fathan dikatain kentir? Setau mereka kentir kan artinya gila.
"Kalian pada bingung, ya? Saya tahu kalau di daerah kalian kentir artinya gila, tetapi di sini artinya ganteng. Sementara jegeg artinya cantik." Tante Miranti menjelaskan pada rombongan. Pantesan Fathan nyengir, ternyata artinya ganteng.
Memang ada beberapa kesamaan kata dalam bahasa Jawa dan Bali. Jika di Jawa kakak perempuan biasa dipanggil mbak, maka panggilan di Bali adalah mbok. Tante Miranti dengan senang hati menjelaskan beberapa kosakata bahasa Bali.
Destinasi pertama adalah Desa Adat Panglipuran di Kabupaten Bangli. Di sini mereka akan menjelajah rumah penduduk yang kental akan nuansa Bali. Hebatnya lagi, tidak ada kendaraan bermotor yang melintasi rumah-rumah penduduk, sehingga desa ini pernah dinobatkan sebagai desa terbersih di dunia.
Beberapa kelas tampak memakai kaos kelas, termasuk MIPA 2 dan 3. Pink dan biru, senada dengan warna bus mereka.
Ketika melihat Nadhif dan Nadya berjalan bersisian menyusuri rumah penduduk mengenakan kaos kelas masing-masing, tampak semakin manis. Pasangan warna yang menunjukkan identitas mereka sebagai kembar dampit. Seperti biasa, teman terdekat mereka membuntuti di belakang. Sesekali iseng memotret punggung mereka. Biasanya ini kerjaannya Qory, sih.
"Tau arti kentir nggak, Mas?" Nadya iseng menanyai Nadhif. Kata 'kentir' terus terngiang-ngiang. Sebenernya Nadya sudah tahu duluan dari grup PaPi Semangat. Gara-gara Daffa punya genk yang dinamai Three Mas-Kentir.
"Gila, to?"
"Salah!"
"Lah emang artinya apaan?"
"Ganteng." Tawa Nadya meledak melihat ekspresi Nadhif yang bingung.
"Kok bisa?"
"Itu bahasa Bali, Mas."
"Asem! Pantesan Mas Daffa bangga banget genknya dinamain Three Mas-Kentir!" gerutu Nadhif. Genk-nya Daffa itu sangat terkenal seantero sekolah. Ya gimana nggak terkenal, orang ketiga anggotanya adalah ketua OSIS, Pradana putra, dan Putra Semangat sekaligus kapten basket.
Lupakan tentang kentir. Sekarang mereka bingung mencari spot foto. Beberapa rumah tampak estetik dijadikan spot foto, sayangnya sangat ramai. Mereka pun mencari rumah yang agak sepi.
***
Tengah hari, mereka kembali ke Denpasar. Seharusnya sekarang saatnya ishoma, tapi karena tempat makannya sedang penuh dipakai rombongan lainnya, makanya ishoma diundur. Jadi mereka mengunjungi Bajra Sandi dulu.
Bus 2 dan 3 hampir selalu datang barengan. Sekarang pun begitu. Kedua kelas itu berjalan bareng menuju monumen. Qory dan Hanif bahkan berjalan bersisian, sesekali gandengan. Dan seperti biasa, Thariq iseng mengganggu.
"Orang berduaan di tengahnya ada setan, lho."
"Ya kamu itu setannya, Riq!" semprot Qory.
"Astagfirullah, jahat bener. Masa gue dikatain setan."
"Hei, Lur, tadi kita belum sempat foto, lho!" Seseorang mengagetkan Nadhif. Rupanya Daniel.
"Ayo! Sesama anak kembar kudu foto bareng."
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]
Teen Fiction[dam·pit] n anak kembar laki-laki dan perempuan (KBBI) Kembar dampit, atau kembar laki-laki dan perempuan. Seperti itulah "status" Nadhif dan Nadya. Mereka sepasang kembar yang telah memasuki masa remaja. Pastinya mereka telah mengenal cinta. Pasti...