Dua minggu menjelang tahun ajaran baru, sekolah mulai sibuk. Seluruh pengurus OSIS diminta masuk, membantu proses PPDB. Pihak sekolah juga meminta seluruh ekskul dan organisasi untuk tapping video yang menampilkan kegiatan mereka, demi video profil sekolah yang akan ditayangkan dalam MPLS.
Konsepnya dibuat beda dari tahun lalu. Semua ekskul dan organisasi memang menampilkan kegiatan mereka, tapi sambil menyanyi lagu Indonesia Raya tiga stanza. Panitia utama dari OSIS dan fotografi cukup bingung membagi segmen dan lirik.
Bahkan para pemenang dan runner up Putra-Putri Semangat pun turut dilibatkan. Katanya, kehadiran Putra-Putri Semangat dalam video profil sekolah menjadi daya tarik tersendiri yang membuat angkatan baru semangat menonton dari awal sampai akhir.
Kali ini mereka nggak cuma tapping video. Kepala sekolah malah memberikan titah untuk melakukan photoshoot!
"Kalau photoshoot cuma pake atasan batik atau maksimal pake setelan jas sih gapapa lah, yaa. Lah ini ... malu anjir pake kostum kaya gini."
Tahu tidak apa kostum yang mereka pakai? Kostum ala putri dan pangeran!
Ibu kepala sekolah yang terhormat kalau sudah memberikan perintah memang tidak bisa dibantah, walaupun perintahnya cukup aneh seperti yang mereka rasakan sekarang ini.
"Dahlah gak usah protes. Terima saja nasib kalian, Mas, Mbak, dan kawan-kawanku tersayang," celetuk Nadhif. Dia menjadi salah satu pengurus OSIS yang mendampingi sesi photoshoot Putra-Putri Semangat. Sebenernya Nadhif juga geli sih melihat mereka memakai kostum ala kerajaan yang didominasi warna hijau.
"Nih ya kukasih tau. Kostum kalian masih nggak seberapa dibanding photoshoot pertama PaPi 2017. Makanya bersyukur, Gaes."
"Memang tahun lalu kostumnya apa, Dhif?" tanya Eliz penasaran.
"Duyung."
"Hiii ... seriusan?!"
"Serius. Photoshoot pertama PaPi biasanya sebagai clue tema Universo. Universo tahun lalu kan temanya under water, makanya mereka pake kostum duyung."
"Kita pake kostum kerajaan begini berarti temanya kerajaan dong, Mas?" terka Nadya.
"Ya kurang lebih begitulah, Dek."
"Anjir, kenapa Universo temanya nggak ada yang bener, sih? Tahun 2016 temanya flora, tahun lalu under the sea. Sekarang mau tema kerajaan?"
"Tema yang unik justru menarik penonton, Mas, terutama kalangan luar siswa Semangat. Penonton eksternal aja selalu terpukau dengan dekorasi panggung dan photobooth, belum sama jalan cerita mahakarya dan guest star utamanya. Terbukti tiap tahun tiket eksternal selalu ludes terjual karena tema Universo selalu menarik perhatian."
"Kostum kaya gini pasti mahal, kan? Siapa dong yang bayarin kostum kita bersepuluh?" tanya Zian, putra runner up dua.
"Bang Zian tenang aja. Biaya kostum dan make up sudah ditanggung. Sudah lunas. Kalian tinggal pose cantik dan ganteng aja biar Mami Kepsek Tercinta bahagia."
"Lah, yang bayarin memang siapa, Dek?"
"Fathan."
Sembilan orang lainnya kompak menoleh pada Fathan. Mereka cuma dikasih tau untuk photoshoot, tapi gatau kalau Fathan yang membiayai semuanya.
"Bukan aku yang bayarin, tapi orang tuaku." Fathan membela diri.
"Sama aja!"
"Dari mana kamu bisa dapet kostum-kostum kaya gini?"
"Mamanya Nadya sama Mas Daffa yang bikin."
Seperti tersambar petir di siang bolong. Daffa, Hanif, dan Nadya kini saling berpandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]
Teen Fiction[dam·pit] n anak kembar laki-laki dan perempuan (KBBI) Kembar dampit, atau kembar laki-laki dan perempuan. Seperti itulah "status" Nadhif dan Nadya. Mereka sepasang kembar yang telah memasuki masa remaja. Pastinya mereka telah mengenal cinta. Pasti...