Tak terasa UKK selama delapan hari sudah berakhir. Sekarang banyak kelas dan organisasi pada ribut mencari tempat untuk buka puasa. Mereka hanya punya kesempatan bukber hingga akhir pekan ini, karena minggu depan udah lebaran.
Sejauh ini, baru ada satu bukber yang sudah pasti pelaksanaannya. Bukber semua warga sekolah yang akan dilaksanakan besok sekalian pesantren ramadan.
Kegiatan pesantren diisi berbagai cabang lomba. Tahun-tahun sebelumnya pesantren dilakukan dua hingga tiga hari. Berhubung sudah mepet lebaran, maka tahun ini cuma dilaksanakan sehari dengan pemangkasan cabang lomba.
Apa saja ya lombanya?
Rohis SMA Semangat menggelar empat cabang lomba pesantren. Kaligrafi, lomba adzan, murottal, dan lomba dai.
Kelas XI MIPA 2 langsung mengadakan buka bersama di hari terakhir UKK. Dibayarin oleh seorang siswi yang kebetulan sekalian merayakan ulang tahun. Bukber sekalian memilih wakil kelas untuk lomba pesantren.
Sementara itu, kelas XI MIPA 3 sudah bukber duluan kemarin Sabtu. Jadi, Nadhif dan Hanif bisa beristirahat setelah berkutat dengan UKK.
Menjelang buka puasa ini, Nadhif sibuk berlatih adzan. Nadhif dengan senang hati mengajukan diri ikut lomba adzan. Mumpung ini event Rohis, jadi anak OSIS bisa ikutan lomba.
"Tumben banget latihan adzan, nggak kaya biasanya. Sampe terkecoh kirain udah adzan magrib. Buat apa sih, Dhif?"
Nadhif menyeringai senang. Daffa berhasil terkecoh. Dikira udah adzan magrib, padahal adzannya baru sepuluh menit lagi.
"Latihan mengadzani anakku besok waktu lahir."
"Bohong banget. Puasa puasa gak boleh bohong! Nikah aja belum tau kapan, sok mau punya anak. Sekolah dulu yang bener, cari kerja, baru nikah!" Daffa malah ceramah.
Nggak seru, nggak bisa diajak bercanda! Nadhif mendengus sebal.
"Latihan buat besok, Mas. Lomba adzan."
"Lomba baru di pesantren?"
"Yaa bisa dibilang gitu. Gantinya LCC mungkin. Soalnya waktunya mepet. LCC kan menghabiskan banyak waktu."
"Tumben ikut lomba."
"Tahun kemarin aku ikut dai kali! Pesantren satu-satunya kesempatanku ikut lomba yang diadain organisasi sekolah. Kalau nggak maju besok, kapan lagi?"
"Kenapa nggak ikut dai lagi?"
"Males ngapalin naskahnya." Nadhif menjawab jujur.
Kalau ikut dai mungkin dia bisa menang lagi. Tahun lalu dia berhasil jadi juara tiga. Berhubung waktunya mepet dan Nadhif malas menghapal teks dalam waktu sehari, jadinya ikut lomba adzan aja.
***
Seperti biasa, Nadhif dan Nadya memakai warna baju senada. Kali ini perpaduan ungu dan hitam. Mereka cukup menarik perhatian karena selama memakai baju bebas, ungu termasuk warna yang dihindari para siswa. Yah padahal seragam mereka di hari Rabu berwarna ungu, lho.
"Kebiasaan, Nadya suka pake baju yang menarik perhatian pas pesantren. Tahun kemarin gamis motif lemon, sekarang rok sama pashmina ungu."
"Setidaknya aku pake baju yang proper buat sekolah. Bukan dress buat kondangan kaya si itu." Nadya membela diri. Dia cuma memakai blouse hitam bermotif floral dengan rok lebar dan pashmina ungu.
Model pakaiannya sih biasa aja. Mungkin warna ungunya yang agak mencolok. Meskipun warna ungu yang dipakai Nadya cenderung gelap, nggak ngejreng di mata.
"Bener sih. Lagian nggak ada larangan warna. Kalau motif sih mungkin ada batasan. Kalau motifnya yang mengandung unsur nggak sopan dan kelihatan kurang etis, pasti langsung ditegur, lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]
Teen Fiction[dam·pit] n anak kembar laki-laki dan perempuan (KBBI) Kembar dampit, atau kembar laki-laki dan perempuan. Seperti itulah "status" Nadhif dan Nadya. Mereka sepasang kembar yang telah memasuki masa remaja. Pastinya mereka telah mengenal cinta. Pasti...