43. Adu Superioritas

6 3 0
                                    

Setelah diperkenalkan kemarin Rabu, minggu ini danus sore efektif berlaku. Ternyata danus sore disambut baik oleh para siswa, terutama penonton setia liga yang membutuhkan camilan sebagai teman nonton. Hasil penjualan danus lebih meningkat dan merata dibanding sebelumnya.

"Besok Senin danus sore bagian Astar apa Universo, Nad?"

"Hmm ... aku kurang tau, Than. Coba kutanya Nazhifa dulu."

"Besok Senin jatah Astar yang danus sore, Than. Kenapa?" celetuk Nazhifa, mendengarkan obrolan Nadya dan Fathan.

"Aku pesen dua macam jajanan buat sekelas, Zhif. Terserah jajanannya, yang penting dua macam. Besok Senin kan kita tanding lagi, lawan X MIPA 5."

Beberapa teman kelas yang mendengar penuturan Fathan jelas terkejut. Wow, Fathan mau mentraktir teman sekelas? Padahal kalau mau, tinggal pesen snack di katering atau penjual snack. Mungkin Fathan pengen bagi rezeki ke temen-temen sekaligus menyukseskan acara sekolah, makanya beli lewat danus.

"Anjir, mana besok Senin lawan Reactive," gerutu Qory.

"Mungkin karena lawan kita si Reactive alias musuh kita, makanya Fathan berusaha meredam kekesalan kita dengan membelikan jajanan kali, ya?" Nadya malah berspekulasi.

"Bisa jadi sih, Nad. Beberapa orang kalau jengkel, disumpel makanan bisa mereda kekesalannya," balas Nazhifa, setuju dengan spekulasi Nadya.

"Gimana, Zhif? Bisa nggak?"

"Nanti coba kutanya ketua danus dulu biar menghubungi supplier danusnya."

"Ohh ... oke. Buat bayarnya gimana, Zhif?"

"Nanti kalau ada jawaban bisa, baru kukabarin lagi ya, Than."

Besok Senin adalah laga ketiga grup C, salah satunya pertandingan XI MIPA 2 melawan X MIPA 5. Hasil dua pertandingan sebelumnya cukup baik. Seri saat melawan XI MIPA 7 dan menang dari X MIPA 1. Setidaknya ada peningkatan dari tahun lalu yang kalah melulu.

"Heh Nyai, besok Senin jangan lupa nonton liga."

"Insya Allah kalau nggak ada bimbingan olimpiade."

"Kudu nonton pokoknya! Kemarin Selasa lo udah bolos nonton, padahal kelas kita menang."

"Kemarin Selasa kan aku ada bimbingan, Riq! Gimana mau nonton, bimbingannya aja selesai jam 5."

"Lo izin ke pembimbingnya, lah."

"Enak aja! Masih banyak materi yang belum dipelajari tau!" protes Nadya. Dia pikir materi olimpiade gampang apa?

"Masalahnya gini, Nyai." Thariq memelankan suaranya, menarik Nadya ke belakang kelas.

"Besok Senin kita lawan Reactive. Lo tau sendiri kan anak Reactive sensi sama kelas kita? Kelas kita juga pada muak sama Reactive. Lo sebagai mantan ketos amat sangat dibutuhkan untuk mencegah kebrutalan kedua kelas."

"Kan ada Nazhifa, Riq. Justru dia lebih tegas dibanding aku."

"Kalau cuma ngandelin Nazhifa kayanya kurang, Nyai. Lo udah punya nama tersendiri di sekolah. Dari kelas kita butuh sosok yang tegas, bijaksana, dan berkepala dingin biar laga berjalan kondusif. Tiga karakter itu perlu kolaborasi dari lo, Nazhifa, dan Fathan biar pasukan kelas pada nurut."

Nadya tampak berpikir sejenak. Pasukan Reactive juga pasti mengharapkan kehadirannya di liga untuk dibandingkan dengan pasukan mereka. Reactive kan sering menjadikan Fathan, Nadya, dan Kiara sebagai komparasi (kekayaan) dengan mereka.

"Hmm ... kuusahain deh, Riq." Nadya sudah memutuskan.

"Makasih, Nyai."

***

DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang