Ulangan Kenaikan Kelas selama 8 hari resmi berakhir. Seluruh siswa kelas 10 dan 11 bisa bernapas lega. Hampir semua kelas langsung merencanakan bukber. Mereka langsung membooking restoran ataupun kafe yang berbondong-bondong menawarkan paket bukber. Ada juga yang memilih bukber di rumah teman agar lebih hemat.
UKK selesai, tiga Edelstein bersaudara itu beserta Hanif langsung sibuk bukber. Kelas X MIPA 3 langsung bukber hari ini. Sementara Daffa dan Nadya dapat undangan bukber rohis.
"Ma, kita berangkat bukber, ya?" Mereka berempat pamit barengan.
"Kalian berempat bukber semua?" Ariadna mengernyit bingung. Bisa gitu ya jadwal bukbernya barengan?
"Bukber kelas, Ma," jawab Nadhif.
"Putra-Putri Semangat dapat undangan bukber rohis, Ma," imbuh Daffa.
"Ohh." Ariadna mengangguk, "jangan pulang kemalaman biar bisa tarawih. Jangan lupa shalat maghrib dulu sebelum pulang."
"Siap, Ma!"
***
Acara bukber rohis di salah satu kedai ayam geprek sudah berakhir. Tempatnya tak terlalu luas, tapi selalu ramai. Sama halnya dengan sore ini, banyak yang memilih bukber di sini. Mushala kecil di kedai ini pun masih penuh. Daripada menunggu lama, Daffa mengajak adiknya mencari masjid terdekat dari sini.
"Mushalanya rame, Nad. Kita shalat di masjid terdekat sini aja, yee."
"Terserah, Mas."
Masuk sedikit ke perumahan dekat kedai, ada sebuah masjid. Beberapa peserta bukber rohis ternyata juga memilih shalat di masjid itu. Anehnya, setelah turun dari motor dan melepas alas kaki, bukannya langsung masuk masjid, Nadya malah duduk di salah satu anak tangga.
"Ngapain duduk aja? Wudhu sana, Nad."
"Aku lagi dapet, Mas."
"Lah, dapet? Cepetmen. Perasaan tadi asar kamu masih shalat?" Daffa bingung sendiri.
"Barusan dapet."
"Hmm ... yaudah tunggu di situ. Jangan keluyuran."
Nadya juga tau kali. Ngapain juga keluyuran magrib-magrib begini, di tempat asing pula? Mending melakukan sesuatu yang bermanfaat lewat ponselnya.
***
Uhh!! Musuh terbesarnya setiap datang bulan telah menyerang. Kalau sudah begini, Nadya malas melakukan sesuatu. Sayangnya sekarang masih di sekolah, dia nggak bisa tiduran.
"Rek, di loker belakang masih ada cadangan pembalut nggak, sih?" Qory barusan dari toilet, Nadya langsung menahan langkahnya. Sebagai bendahara kelas, Qory juga yang membelikan P3K dan pembalut.
"Lah, emangnya kamu nggak bawa, Nad? Biasanya kan kamu selalu bawa cadangan."
"Bawa, sih, tapi cuma satu. Takutnya nggak cukup soalnya lagi deres."
"Halah, sans, kita kan pulang lebih awal, Nad. Udah gak ada pelajaran plus masih puasa, pasti pulang gasik, lah."
"Minyak kayu putihnya masih ada nggak, sih?"
"Ilang kayanya, Nad. Biasalah, kalau minta suka nggak dikembaliin ke tempatnya."
"Nadya kenapa?" Fathan menyadari ada yang aneh dari Nadya hari ini. Dia menarik bangku kosong dan duduk di depan Nadya.
"Biasa, serangan datang bulan."
"Bentar, aku bawa minyak aromaterapi. Harusnya pake minyak kayu putih sih, tapi mungkin bisa bikin perutmu lebih hangat." Fathan mengambil minyak aromaterapi dari tasnya. Nadya ditemani Qory ke belakang untuk mengoleskan minyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]
Teen Fiction[dam·pit] n anak kembar laki-laki dan perempuan (KBBI) Kembar dampit, atau kembar laki-laki dan perempuan. Seperti itulah "status" Nadhif dan Nadya. Mereka sepasang kembar yang telah memasuki masa remaja. Pastinya mereka telah mengenal cinta. Pasti...