48. Fenomena Langka

8 3 0
                                    

Selain menjemput anak dan keponakannya, Lathif juga memaksa Thariq dan Maulana untuk pulang bareng sekalian. Kasihan, mereka berdua nggak ada yang jemput. Daripada naik ojek, mending diantar pulang sekalian.

"Kalian udah pada sarapan?"

"Udah, Pa."

"Udah, Om."

"Udah minum susu?"

"Belum, Pa. Takut mual tadi pas di perjalanan pulang."

"Kasihan banget muka kalian pada kusut. Apalagi yang cowok-cowok." Lathif mencoba bergurau. Keempat cowok itu cuma meringis, masih tidak percaya dengan rambut mereka yang telah berubah.

"Kita mampir minimarket bentar, ya?"

"Mau ngapain, Pa?"

"Ada, deh." Lathif membelokkan mobilnya ke minimarket.

"Nadya, ayo ikut Papa. Qory juga, yuk."

"Asiik ... makasih, Om!" Qory berseru senang. Hihihi ... seru nih diajak belanja. Omnya pasti mau membelikan sesuatu buat mereka.

"Lah, kok Nadya sama Qory doang yang diajak?!" protes Nadhif tak terima.

"Hmm ... mencurigakan," desis Hanif.

"Cowok mah ngalah aja, Dhif," komentar Thariq.

Sekitar tujuh menit kemudian, Nadya dan Qory kembali ke mobil membawa dua plastik. Disusul Lathif tak lama kemudian.

"Itu ada es krim buat kalian, biar nggak kusut lagi. Kita beliinnya yang cup biar gampang dimakan di jalan. Ayo dimakan, keburu mencair, lho."

"Makasih, Om."

"Pa, besok bolos, ya?"

"Hmm ... bolos?" Lathif mengernyit bingung. "Coba bilang Mama boleh bolos apa nggak."

Nadhif mengeluh pelan. Kalau bilang ke mamanya, yakin deh nggak diizinin.

Ahahaha... palingan Tante Ary nggak ngizinin. Qory tertawa dalam hati. "Besok masuk kan, Nad?"

"Masuk, Rek. Sorenya aku ada bimbingan olimpiade. Minggu depan udah OSK sesungguhnya."

"Oke. Kamu masuk, aku juga masuk."

"Nyai masuk, gue juga masuk, lah," oceh Thariq tak mau kalah.

Lathif tertawa kecil melihat interaksi mereka. Beruntung anak-anaknya memiliki teman yang baik dan solid, sehingga ia tidak perlu mencemaskan pergaulan mereka.

***

Istirahat kedua hari Jumat, setengah jam sebelum adzan dhuhur berkumandang.

Nadhif and the genk, include eks timsesnya (yang cowok) seperti Thariq, Fathan, Daniel, dan Zakhael, berkumpul di salah satu meja kantin. Bagi anak kelas sepuluh, ini adalah sebuah fenomena yang cukup langka.

Delapan cowok famous tampak kompak dengan potongan rambut yang sama khas anak paskibra. Padahal dari delapan cowok itu, hanya dua orang yang mengikuti ekskul paskibra.

Hmm ... sepertinya mereka mau curhat.

"Kelas kalian yang nggak masuk berapa orang?" tanya Nadhif. Katanya sih banyak siswa kelas sebelas yang bolos karena masih capek.

"Cuma delapan orang."

"Anjay. Sitaara ambis banget, cuy. Kelasku cuma separuh yang masuk. Kalau nanti sore nggak ada bimbingan olimpiade, aku juga pengen bolos, lah."

"Kelas lo mah masih mending, Dhif. Kelas gue yang masuk cuma 12 orang. Yang 23 bolos," timpal Daniel.

"Gimana reaksi orang rumah waktu lihat rambut kalian, Gaes?"

DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang