Nadhif kembali ke sekolah hari Senin, bertepatan dengan puncak event Kartinian dan final Putra-Putri Semangat. Kedua orang tuanya mengizinkan masuk, dengan syarat mengurangi aktivitas dan tidak lupa minum obat.
"Pokoknya hari ini kamu nggak usah banyak keluyuran, Dhif. Nongol aja di aula pas sambutan ketua OSIS sama penyerahan trophy Putra-Putri Semangat. Sisanya istirahat aja di kelas kalau nggak di UKS. Pengurus OSIS yang lain udah sepakat minta kamu istirahat," ujar Ferly.
"Tapi kan aku juga mau nonton final PaPi."
"Iye, soalnya ada Nazhifa kan? Nonton aja duduk manis di aula, nggak usah keluyuran."
"Kalau dicariin Mami beserta jajarannya gimana?" Nadhif masih berusaha ngeles. Kedua wakilnya mendadak protektif!
"Santai, masih bisa kita hadapin. Kita mending dimarahin wakasek lagi ketimbang dimarahin Mas Daffa atau Nadya."
Nadhif menghela napas pasrah. Baiklah, turuti saja perkataan kedua wakilnya. Ketimbang kena amuk Daffa sama Nadya juga. Kalau kembarannya dan kakaknya marah, sampe rumah dia juga bakal diamuk mamanya. Mending cari aman.
***
Seperti tahun lalu, stand banner lima besar Putra-Putri Semangat dipajang di sepanjang jalan menuju aula. Hari ini runner up yang barusan lulus juga hadir. Mereka kompak memakai kebaya dan beskap biru. Memang benar, Putra-Putri Semangat 2018 sangat kompak.
Hanif dan Eliz didaulat sebagai MC final sekaligus lomba band kolaborasi. Sementara lomba Kartinian lainnya diadakan di kelas yang kosong ataupun laboratorium. Tetap saja final Putra-Putri Semangat yang paling dinanti. Kira-kira siapa ya yang akan meneruskan tahta Daffa dan Nadya?
Sekarang sedang ada apel pembuka di lapangan basket. Para kontestan, pemenang dan runner up tahun lalu (yang kelas sebelas), serta beberapa pengurus OSIS tidak mengikuti apel.
"Semangat, Nazhifa, Aura, Iren! Semoga menang!" Nadya menyemangati beberapa teman dekatnya yang menjadi kontestan.
"Jangan gitu lah, Nad. Aku gak mau menang. Mending Aura aja yang menang. Auranya Aura udah cocok jadi ratu kecantikan. Ya kan, Ra?"
"Enak aja! Lebih cocok kamu yang menang, Zhif!"
"Kamu yang bakal menang, Ra. Liat aja," balas Nazhifa.
Kontes ini memang bergengsi, tapi anehnya kenapa tiap kelas selalu sulit menentukan wakilnya dan pada nggak mau menang, ya? Aneh!
"Semangat juga, Daniel. Moga masuk lima besar biar nanti bisa foto katalog bareng Eliz. Hehehe."
"Nggak mau ah, Nad! Ribet! Males kalau disuruh photoshoot."
Ini kenapa pada nggak mau masuk lima besar semua, sih?
"Semangat, Riq. Jangan malu-maluin kelas!"
"Lo nyemangatinnya kaya kagak ikhlas dah, Nyai. Tapi tenang, gue nggak bakal malu-maluin kelas, kok," oceh Thariq. Tahun ini, Sitaara diwakili Thariq dan Nazhifa. Penentuan wakil Sitaara sudah disepakati tahun lalu.
"Semua kontestan siap-siap, ya. Bentar lagi parade kontestan. Buat MC, bisa stand by di aula dulu." Sie acara memberikan komando. Hanif dan Eliz sudah beranjak ke aula.
Jadi penasaran siapa saja yang akan masuk lima besar.
***
Lima buah mahkota berbeda ukuran, lima buah lencana yang terpajang pada busa, beberapa helai selempang, dan sepasang trophy untuk sepasang pemenang di atas panggung sangat menarik perhatian. Setiap kelas pasti berharap wakil merekalah yang membawa pulang hadiah tersebut. Setidaknya ada gelar atribut yang dimenangkan jika gagal masuk lima besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]
Fiksi Remaja[dam·pit] n anak kembar laki-laki dan perempuan (KBBI) Kembar dampit, atau kembar laki-laki dan perempuan. Seperti itulah "status" Nadhif dan Nadya. Mereka sepasang kembar yang telah memasuki masa remaja. Pastinya mereka telah mengenal cinta. Pasti...