Tidak banyak perbedaan dari tempat kemah sejak mereka datang satu setengah tahun lalu. Yang berbeda hanyalah lapangan utama yang sudah dibeton. Untuk barak apalagi kamar mandi masih tetap sama.
Segera setelah panitia memberikan instruksi, mereka masuk ke barak sesuai kelas. Ada dua barak untuk siswi dan satu barak untuk siswa. Mereka langsung berebut tempat paling strategis di barak, lantas menggelar tikar dan menata barang bawaan.
Upacara pembukaan sudah diambil alih oleh tentara. Banyak siswa yang tidak niat dalam baris berbaris, sehingga gladi upacara tidak kunjung usai. Kasihan siswa yang beneran niat, ikut kena imbasnya. Setelah empat kali latihan, akhirnya upacara beneran.
"Setelah ini, kembali ke barak, membereskan bawaan sekaligus persiapan makan siang. Saya tidak mau barak kalian berantakan. Mengerti?"
"Siap, mengerti!"
"Tanpa penghormatan, bubar jalan!"
"Kan, baru awal aja udah kelihatan ngeselin," gerutu Kiara.
"Siapa yang ngeselin? Tentaranya apa pesertanya?"
"Pesertanya, lah. Tentaranya nggak bakal kaya gitu kalau semua peserta mau disiplin."
"Bener, sih."
Makan siang tidak semenyenangkan biasanya. Para pelatih yang merupakan tentara hanya memberi waktu makan 5 menit. Sebelum makan nasi, mereka wajib menghabiskan pisang dulu. Lantas kulit pisang diletakkan di atas kepala.
"Teman di sebelahnya bisa membantu menghabiskan!"
Malang bagi Kiara yang belum juga habis walaupun porsi yang diambil nggak terlalu banyak. Kiara memang nggak bisa makan cepat. Kalau dipaksakan justru bisa muntah.
"Pelan-pelan aja, Ki. Kita bantu habisin." Nazhifa mencoba menenangkan Kiara yang mulai berkaca-kaca. Qory melahap kerupuk. Nadya mengambil ayam dan sedikit nasi dari piring Kiara. Nazhifa menghabiskan sop.
"Dahh ... habis."
"Makasih, Gaes."
"Sebagai antisipasi, nanti malam porsinya dikurangin aja, Gaes. Takutnya kejadian begini lagi."
"Huum. Sebelum makan kalau bisa jangan ngemil dulu, biar nggak kenyang duluan," imbuh Nazhifa.
Setelah ishoma, masuk ke kegiatan pertama, penjelasan peraturan kemah dan PBB. Dari penjelasan pelatih, tampak mereka sedang dididik secara militer.
***
Hari kedua kemah diawali dengan salat subuh berjamaah. Kemudian olahraga sambil melihat sunrise. Ada jeda waktu sejenak, dilanjut sarapan.
Menu sarapannya soto. Sejak semalam, tidak ada durasi makan selama lima menit seperti kemarin siang. Para peserta bisa lebih santai dalam menyantap makanan.
Setelah makan, para peserta wajib mencuci alat makan mereka. Setiap sesi cuci piring, area barak cowok tampak kacau. Mereka selalu rebutan keran. Kebanyakan dari mereka mencuci hanya miliknya sendiri, nggak seperti cewek yang berbagi tugas mencuci milik teman sekelas.
"Serius deh, enakan kita bagi tugas beberapa anak cuci piring sesi pagi, sisanya sesi siang dan malam. Kaya Sitaara gitu, lho. Kalau gitu kan lebih efektif, hemat air juga," oceh Hanif, mengamati kelas sebelah.
"Yee ... Sitaara pun yang nyuci cuma Fathan. Yang lain cuma ngisi ember sama misahin alat makan yang udah dicuci," komentar Hafidho
"Didikan ortunya Fathan keren, ya. Sekaya itu masih mau kerja," gumam Maulana. "Ahaha ... pantes Nadya seneng cowok rajin kaya Fathan."
"Tapi setidaknya kelihatan lebih efektif dan efisien daripada individual kaya yang lain."
"Mau dicoba buat nanti malem, Mas?" tawar Nadhif.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]
Teen Fiction[dam·pit] n anak kembar laki-laki dan perempuan (KBBI) Kembar dampit, atau kembar laki-laki dan perempuan. Seperti itulah "status" Nadhif dan Nadya. Mereka sepasang kembar yang telah memasuki masa remaja. Pastinya mereka telah mengenal cinta. Pasti...