45. Bukan Sekadar Rumor

5 3 0
                                    

"...Mereka suka body shaming, padahal salah satu anak Reactive penggiat kampanye anti body shaming, lho. Dan ngenesnya, gue sering liat dia ikutan gibahin itu."

Nadya jadi teringat omongan Daniel saat kumpul jurnalistik dua hari lalu. Apa iya Geinna semunafik itu?

Setelah setahun berlalu, Geinna berubah total! Pasti ada dong alasan Geinna berubah sejauh ini.

Di bio instagram Geinna memang tertulis bahwa dia penggiat kampanye anti body shaming, tapi Nadya sangat menyayangkan kalau memang betul Geinna ikut menjelekkan Fathan. Bukan karena Fathan pacarnya, tapi namanya Geinna menjilat ludah sendiri, dong? Di dunia maya kampanye anti body shaming, di dunia nyata malah kebalikannya.

"Sebenernya apa sih alasan Geinna giat kampanye anti body shamming? Pasti dia pernah jadi korban yang dampaknya bikin dia berubah total," gumam Nadya.

"Ngomong sama siapa, Nad?"

"Ahh ... Gapapa, Than. Aku lagi kepikiran majalah." Nadya terpaksa berbohong. Nggak mungkin Nadya cerita kalau mantan kembarannya itu turut berkontribusi menghina pacarnya. Walaupun Fathan bakal bereaksi biasa saja, tapi kan Nadya tetep nggak tega.

"Katanya jurnalistik mau wawancarai aku buat rubrik Profil Siswa ya, Nad? Mau kapan?"

"Nah, itu, belum kubahas lagi harinya, Than. Kita wawancarai guru dulu, baru siswa. Nanti kalau udah fix, kukabari lagi."

"Oke, Nad. Pertanyaannya seputar apa, sih?"

"Rahasia, dong. Kalau kukasih tau sekarang, nanti kamu udah nyiapin jawaban dulu. Nggak seru. Spontanitas dong, kaya waktu wawancara seleksi PaPi."

Fathan tertawa kecil. Sebenernya dia kaget dikasih tau bakal diwawancarai jurnalistik untuk mengisi rubrik Profil Siswa. Biasanya yang mengisi rubrik itu kan siswa yang punya jabatan di sekolah. Terlepas dari ketua jurnalistik yang notabene pacarnya, apa alasan mereka memilih cowok pincang yang nggak ikut organisasi apa pun, cuma ekskul padus, sebagai narasumber?

Alasannya karena ... mereka ingin membungkam mulut jahat yang suka meremehkan dan menghina kekurangan Fathan. As simple as that!

"Apa bener minggu depan kita kemah, Nad?"

"Hah?! Kemah apaan, Than? Tau dari siapa?"

"Semalem Zayn ngasih tau di grup khusus cowok kelas kalau minggu depan kemah. Kamu nggak dikasih tau Hanif?"

"Nggak, tuh."

"Semalem aku konfirm ke Hanif, katanya minggu depan kemah."

Hii ... kenapa Mas Hanif nggak ngasih tau saudaranya duluan, sih? Nadya membatin, agak kesal.

"Kira-kira mekanisme kemahnya kaya gimana, ya?" gumam Fathan, membayangkan kegiatan yang akan dilalui saat kemah besok.

Pikiran Nadya jadi terpecah. Pertama, membayangkan apakah Geinna bener semunafik itu. Dan kedua, tentang kemah kelas sebelas yang katanya penuh gojlokan. Keduanya memang baru rumor, dan ia harus segera membuktikannya.

***

Hari Jumat adalah hari jajan untuk Nadya. Hari-hari lainnya Nadya mager ke kantin walaupun sebenarnya jarak kelas ke kantin cukup dekat. Soalnya jam istirahat Senin sampe Kamis nggak sepanjang Jumat. Melihat kantin yang selalu ramai, pasti waktu istirahat langsung habis untuk mengantre makanan.

Jam istirahat pertama setiap harinya sama sih, cuma 15 menit. Yang berbeda istirahat kedua. Hari Senin sampai Kamis berdurasi setengah jam, sementara Jumat 75 menit, karena ada salat Jumat. Belum lagi jadwal hari Jumat ini, setelah istirahat kedua selalu kosong. Mapel TIK, gurunya nggak pernah ngajar. Waktu istirahat kelas XI MIPA 2 sangatt panjaaangg hingga bel pulang.

DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang