2. Untaian Rasa Penasaran

84 6 7
                                    

"Dek, kamu tau namanya cewek itu?" bisik Nadhif saat seluruh siswa kelas 10 berkumpul di aula untuk mendengarkan materi MPLS. Rasa penasarannya akan cewek yang menemukan uangnya lantas menceramahinya itu terakumulasi dan makin menggunung.

"Yang mana, Mas?" Nadya nggak tahu cewek mana yang dimaksud Nadhif. Kembarannya hanya asal menunjuk cewek di barisannya.

"Yang rambutnya sebahu, sampingnya Troy."

"Ohh ... Nazhifa."

"Nazhifa?" Nadhif memastikan.

"Iya. Emang kenapa, Mas? Naksir?"

"Ngaco! Ngapain juga aku naksir dia?" bantah Nadhif. Bukannya nggak terima dengan kejadian kemarin saat pembagian kelas, tapi first impression bertemu cewek itu rasanya aneh.

"Menurutmu dia gimana?"

"Aku belum kenal deket, Mas. Nama temen kelas aja ada yang belum hapal. Jadi aku belum bisa nilai gimana sifatnya," jelas Nadya, "emang kenapa sih, Mas?"

"Gapapa, pengen tau aja."

Nadya mengendikkan bahu lantas menghela napas. Tak taulah apa yang sedang dipikirkan Nadhif yang begitu kepo dengan salah satu teman kelasnya.

Sebentar, Nadya belum paham apa penyebab Nadhif bertanya tentang Nazhifa. Memang mereka sudah pernah bertemu sebelumnya? Apa yang terjadi di antara mereka?

Ataukah Nadhif cuma iseng tanya?

Atau Nadhif diam-diam naksir cewek itu?

Ahh! Tak taulah!

***

Sabtu ini rumah Nadya kedatangan tamu. Katanya sih teman papanya saat SMA yang hijrah dari luar Jawa ke Semarang.

"Halo, Lathif. Lama tak berjumpa." Seorang pria sebaya papanya langsung berpelukan di teras rumah.

Kejutan! Tamunya adalah keluarganya Fathan!

"Aku lumayan kaget saat kamu telepon pindah ke Semarang, padahal usaha restoranmu di Bali lagi maju-majunya, kan?"

"Wah, iya. Kami pindah karena Fadia keterima kuliah di sini, lalu dokter keluarga menyarankan Fathan melanjutkan terapi di Jawa. Kebetulan restoran buka cabang juga di sini, ya sudah sekeluarga diboyong ke Semarang. Biar Fadia nggak perlu ngekost."

Ehh ... jadi orangtuanya sudah mengenal orangtua Fathan sejak lama?

"Fathan?" Nadya menunjuk cowok di depannya dengan suara amat lirih.

"Hmm ... Nadya?" Fathan juga balas menunjuknya. Papa-mama mereka yang masih asyik mengobrol seketika mengalihkan perhatian pada mereka.

"Loh, kalian udah saling kenal?"

Tidak ada jawaban dari keduanya. Yang ada mereka saling menunduk, walau sesekali curi-curi pandang.

"Kayanya sih mereka sekelas, Pa." Justru Nadhif yang menjawab. Hanya dia dan Nadya yang ikut menyambut tamu penting orangtua mereka. Kedua kakak mereka sedang ada urusan di luar.

"Ohh ... teman sekelas."

"Ya sudah, kita lanjut ngobrol di dalam saja. Kalian juga ngobrol dong, kan temen sekelas."

Aduh ... kenapa mamanya menyuruh mengobrol dengan Fathan, sih? Orangtuanya tak tahu sih kalau dia sering salting saat dekat dengan cowok itu. Melihat wajah orangnya saja sudah bikin jantung Nadya dagdigdug tak karuan. Gimana lagi tuh kalau mereka ngobrol.

Yah, untungnya mas-masnya juga nggak tahu atau mungkin nggak peduli dengan keanehan rasa di hati Nadya setiap melihat Fathan. Kalau tidak, mereka pasti tidak berhenti menginterogasinya hingga Nadya mengaku suka.

DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang