Tiga hari menjelang lebaran, kompleks perumahan ini mulai sepi. Banyak keluarga mulai mudik, terutama keluarga muda.
Jamaah salat tarawih di masjid kompleks tentu saja sudah tak sebanyak saat awal puasa. Kini mentok terisi tiga saf untuk jamaah pria, dan dua saf untuk jamaah wanita.
Menjelang lebaran, jalanan mulai sepi. Sudah tidak banyak orang yang berjualan takjil di sepanjang jalan. Terlebih perumahan ini dekat dengan universitas ternama. Banyak mahasiswa yang pulang ke asal domisili, merayakan lebaran bersama keluarga.
Bagi warga yang tidak mudik, lebaran memang akan terasa membosankan. Tapi tidak untuk keluarga Edelstein. Mereka menerapkan rumus tahun ganjil di Semarang bersama keluarga Ariadna, tahun genap di Solo bersama keluarga Lathif.
Karena sekarang tahun ganjil, maka lebaran keluarga Edelstein tetap di Semarang. Kumpul keluarga dilakukan di rumah orang tua Ariadna. Di hari kedua lebaran, mereka baru berkeliling ke sanak saudara.
Meskipun tidak mudik, Nadya nggak kesepian. Kan ada Qory. Plus mantannya yang sialnya juga nggak mudik.
"Kenapa sih Thariq nggak mudik?"
"Mana kutau. Kenapa kamu nggak tanya sendiri kenapa dia nggak mudik."
Nadya mendengus sebal. Lebaran hari kedua tahun lalu bisa-bisanya ketemu Thariq di Solo, padahal sebenernya Thariq mudik ke Jogja. Itu karena dia diajak berkunjung ke rumah sepupu ayah sambungnya di Solo yang kebetulan dekat dengan rumah kakak omanya Nadya. Makanya secara kebetulan mereka bertemu.
"Tapi baguslah kalau dia nggak mudik. Setidaknya kompleks rumah kita nggak sesepi dua tahun lalu. Barangkali Om Hikam sama Tante Tara ngasih THR buat kita, Nad."
"Ngarep banget, Rek. Kalaupun ngasih, paling buat Qasim, Qheyla, sama Dalila."
Saat kultum, Qory dan Nadya ngobrol untuk mengusir kantuk. Bahasannya nggak jauh dari mudik.
"Kenapa sih bocil malah dapet banyak THR? Padahal kan seusia kita gini pengeluaran lebih banyak daripada bocil." Qory menggerutu sebal. Tahun lalu pendapatannya udah berkurang dari tahun sebelumnya. Yakin deh tahun ini THR-nya makin berkurang.
"Asem. Mana Mama anak pertama. Nanti lama-lama aku yang ngasih THR buat sepupu sama ponakan."
"Yah nasib kita nggak jauh beda, Rek. Papaku juga sekarang jadi anak pertama. Sepupu yang masih kecil juga banyak. Ditambah aku udah punya keponakan. Dahlah, say good bye for THR."
"Kamu dah bolong berapa hari, Nad?" Qory mengganti topik.
"Belum sama sekali."
"Hah? Mulai nggak bener lagi siklusmu?"
"Emang siklusku pernah bener? Terakhir keluar aja pas Kartinian. Kalau bener dua bulanan, berarti baru dapet lagi tanggal belasan."
Sampai sekarang Qory masih heran kenapa siklus haid sepupunya bisa nggak teratur. Qory jadi pengen puasanya penuh seperti Nadya. Tapi dia nggak mau siklus haidnya kacau seperti sepupunya!
***
Di saat yang sama, di barisan jamaah pria, cowok-cowok remaja kompleks juga ngobrol. Nggak terlalu mendengarkan kultum.
"Kamu beneran nggak mudik, Riq?"
"Beneran, lah. Kalau gue mudik, udah dari kemarin atau mentoknya tadi pagi gue berangkat."
Sudah hampir dua tahun Thariq tinggal di kompleks perumahan ini, tapi belum pernah merasakan atmosfer lebaran bersama warga kompleks. Bisa dibilang ini tahun pertamanya nggak mudik setelah maminya menikah lagi.
"Maul mudik nggak?"
"Aku udah nggak ada kakek nenek lagi, Riq. Biasanya tiap tahun ke rumah pakde di luar kota, tapi kalau salat Id tetep di sini, terus ziarah dulu ke makam Umi. Baru habis itu silaturahmi berburu THR. Apalagi kakakku udah nikah, udah punya anak. Jadinya dia yang mudik. Tadi pagi barusan sampe," cerita Maulana. Ibunya sudah meninggal tiga tahun lalu. Biasanya ia hanya di rumah berdua saja bersama ayahnya. Kakak satu-satunya bekerja dan berkeluarga di luar kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]
Teen Fiction[dam·pit] n anak kembar laki-laki dan perempuan (KBBI) Kembar dampit, atau kembar laki-laki dan perempuan. Seperti itulah "status" Nadhif dan Nadya. Mereka sepasang kembar yang telah memasuki masa remaja. Pastinya mereka telah mengenal cinta. Pasti...