50. Pembalasan Terbaik

5 3 0
                                    

Waktu terus berlalu. Sudah dua minggu sejak kelas sebelas pulang kemah. Warga sekolah semakin terbiasa dengan potongan seluruh cowok kelas sebelas.

Tak terasa Liga Semangat akan berakhir. Besok sore adalah laga final antara XI MIPA 3 dan XI MIPA 9 sekaligus perebutan juara tiga antara X MIPA 5 dan X IPS 1.

Langkah Repost masuk ke final Liga Semangat memang sangat mulus. Sejak penyisihan grup mereka tak terkalahkan. Beruntung rival grup mereka tak seberat tahun lalu. Jika tahun lalu Repost hanya berhasil menjadi juara empat, maka tahun ini mereka target menang.

"Kita nggak bisa nyepelein Gamelan, Gaes. Kekuatan mereka meningkat dari tahun lalu. Kita juga nggak boleh lengah kebawa euforia kemenangan dari Reactive. Karena tim Gamelan kalau main pada tenang, nggak bar-bar kaya Reactive kemarin. Kita harus menyesuaikan ritme permainan lawan."

Pertandingan kedua di babak semifinal kemarin berlangsung sengit. XI MIPA 3 vs X MIPA 7 memperebutkan tiket ke final menyusul XI MIPA 9 yang menang tipis dari X IPS 1. Pada akhirnya, XI MIPA 3 menang tipis 1-0 dari X MIPA 7 setelah perpanjangan waktu.

"Kalau bisa, nanti sore kita sempatin sparing, tapi kita jangan latihan terlalu keras biar besok bisa tampil optimal." Nadhif mengakhiri pembicaraan strategi menghadapi laga final besok dengan cowok sekelas.

"Siap, Dhif!" Mereka sudah tidak sabar menghadapi laga final.

Sedikit lagi, piala bergilir Liga Semangat akan diserahkan kepada penerusnya. Kira-kira siapa yang berhak, ya?

***

Kemarin, menjelang laga penentu wakil yang lolos ke final ....

"Lawan kita Reactive dan ini nggak main-main. Mereka tak segan melakukan kecurangan biar bisa menang. Seperti yang kalian tau, banyak kelas yang nggak suka sama Reactive. Selama ini mereka selalu menyindir kelas yang mereka kalahkan. Bukannya mencari teman, mereka malah mencari musuh." Sebelum membicarakan strategi permainan dengan pemain yang lain, Nadhif mengajak sohibnya bincang berempat. Ada hal sangat penting yang hanya mereka yang tau.

"Kita jadi ngasih pelajaran ke Reactive, Dhif?" tanya Hanif.

"Jadi, Mas. Memang sekali-kali mereka perlu dibungkam biar nggak sombong. Karena di atas langit masih ada langit."

"Jadi, pelajaran apa yang perlu kita berikan pada Reactive?" tanya Maulana dengan bahasa baku yang justru membuat yang lain ingin tertawa. Geli gitu sama temen deket malah ngomong pake bahasa baku.

"Nggak usah baku bahasanya, Bro. Santai wae. Lagian ini cuma pembicaraan kita berempat." Rasanya Hafidho ingin menimpuk Maulana karena geli mendengarnya ngoceh pake bahasa baku.

"Kayanya kalian tau pelajaran yang kumaksud. Menangin laga semifinal, balaskan kekalahan Sitaara waktu penyisihan grup. Aku pengen tau kalau misalkan kelasnya kalah, apa mereka tetep arogan?"

"Ohh yang itu." Hafidho bergumam paham.

"Thariq bilang nanti sore mau nonton laga semifinal, sih. Qory ada tugas jaga, jadi pasti nonton. Nadya walaupun sibuk, tetep nyempatin nonton kita setelah kelasnya nggak lolos penyisihan grup," lapor Hanif.

"Hmm ... kalau bisa semua anak Sitaara nonton kita, sih. Mereka pasti berharap kita bisa ngalahin Reactive. Tapi aku nggak bisa maksain kalau mereka punya agenda penting."

Kenyataannya, banyak juga anak Sitaara yang menonton laga Repost vs Reactive. Penonton dari kelas lain juga memadati pinggir lapangan, termasuk kakak kelas 12 yang seperti biasa tebak-tebakan pemenang.

"Menangin pertandingannya ya, Dhif. Gue percaya kalian bisa ngalahin Reactive," pesan Thariq, beberapa menit sebelum kick off.

"Insya Allah, Lur." Tanpa Thariq berpesan pun Nadhif juga berniat melakukannya.

DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang