Photoshoot yang menyebalkan telah berakhir. Mereka langsung kembali ke rumah. Nadhif juga ikut pulang mumpung nggak ada panggilan dari petinggi sekolah. Ini udah liburan, tauk. Harusnya tugas-tugas sebagai ketos juga libur, lah.
Ada yang aneh. Di garasi rumah Edelstein telah terparkir city car. Padahal mereka kan nggak punya city car! Mobil siapa ini? Plat nomornya pun dari luar kota.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Wahh ... empat keponakanku tersayang udah pulang." Mereka disambut seruan heboh. Suaranya pun familiar.
"Kapan Om Hilal dateng?"
"Sejam yang lalu." Rupanya Hilal dan Adeline datang berkunjung. Kini pasutri muda itu asyik bercengkrama dengan Dalila di ruang tamu.
"Liburan gini kalian tetep ke sekolah?"
"Tugas negara, Om."
"Tugas negara apaan?"
"Putra-Putri Semangat."
"Terus kalian disuruh ngapain ke sekolah?"
"Pemotretan."
"Haha ... kalian udah jadi model, nih? Dapet bayaran nggak?" Hilal malah semakin kepo.
"Boro-boro dibayar, Om, justru kita keluar uang buat sewa kostum sama make up," jawab Hanif lesu.
"Mereka dapet bayaran kok, Om. Segelas thai tea," celetuk Nadhif sambil nyengir.
"Itu pun dibayarin Fathan. Sekolah nggak ngasih feedback apa pun. Gini banget jadi Putra Semangat," keluh Daffa.
"Om, Tante, mau nginep di sini atau di rumah kami? Kalau di sebelah, kamar tamunya udah rapi." Cynthia datang ke ruang tamu sambil menggendong Shabira. Memberi tahu kalau kamar tamu di rumahnya sudah rapi.
"Aduh ... aduh ... Shabira udah gede, yaa? Udah bisa jalan belum? Sini sama Tante." Adeline merentangkan tangan, menyambut Shabira.
"Emm ... bukannya Shabira statusnya cucunya Tante, ya? Kalau di depan Shabi dipanggil Oma, tapi kalau di depan Dalila tetep Tante," ralat Nadya.
"Oiya, astagfirullah. Jadi berasa tua banget, padahal umur baru 25." Adeline menepuk jidat. Begitu menikah dengan Hilal, langsung jadi oma muda!
"Dali, nih Om kasih tau, ya. Nanti kalau udah bisa ngomong, jangan sampe manggil Ardan papa, yaa. Inget, papamu namanya Lathif, bukan Ardan," oceh Hilal, mengajak bicara Dalila. Dalila cuma mengerjap-ngerjapkan mata, mana mengerti apa yang dibicarakan omnya.
"Pengalaman pribadi banget ya, Om," ledek Nadhif. Hanif dan Daffa ikut terbahak, sudah lupa dengan kekesalan selama photoshoot.
"Diem kalian!"
"Jadi, almarhum Pakde dulu sering dipanggil Papa sama Om, kan?" tebak Nadya.
"Itu masa lalu yang sungguh suram. Pas kecil kupikir Ardan tuh adekku, ternyata keponakan. Sampe umur lima tahun sering manggil Mas Taufiq 'papa', ternyata papaku namanya Osman, bukan Taufiq."
Bahkan Cynthia pun tak sanggup menahan tawanya. Adik bungsu papa mertuanya ini memang kocak.
Berada di posisi Hilal memang membingungkan, sih. Ia lahir saat kakak sulungnya menikah. Saat bayi sering ditimang-timang kakak iparnya. Tak lama kemudian lahirlah Ardan. Tentu saja Hilal kecil berpikir Ardan itu adiknya dengan umur mereka yang hanya terpaut dua tahun. Ternyata status mereka om dan keponakan, bukan kakak adik.
***
Hilal dan Adeline datang untuk berlibur dan memilih menginap di rumah Lathif. Entah sampai kapan mereka menginap. Yang pasti, makan malam kali ini semakin ramai karena Ardan sekeluarga juga bergabung.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]
Novela Juvenil[dam·pit] n anak kembar laki-laki dan perempuan (KBBI) Kembar dampit, atau kembar laki-laki dan perempuan. Seperti itulah "status" Nadhif dan Nadya. Mereka sepasang kembar yang telah memasuki masa remaja. Pastinya mereka telah mengenal cinta. Pasti...