5. Kenal Lebih Dekat

36 5 4
                                    

Kutuliskan kenangan tentang
Caraku menemukan dirimu
Tentang apa yang membuatku mudah
Berikan hatiku padamu

"Ya Allah, suaranya bagus banget," gumam Nadya takjub. Suara Fathan yang mendendangkan lagu Surat Cinta Untuk Starla itu benar-benar indah, bikin baper. Suaranya lembut, bikin hati adem.

Nadya terus memandang Fathan hingga cowok itu selesai bersenandung. Senyuman terus terukir di bibirnya, juga di bibir cowok itu.

"Suaramu bagus banget, Than."

"Makasih, Nad."

"Aku juga suka dengerin lagu Surat Cinta Untuk Starla. Liriknya bagus, bikin baper."

"Oya, kata Papa, kita dulu pernah ketemu waktu kecil. Pantas waktu pertama kali lihat kamu di depan aula kaya nggak asing."

"Oh ya? Aku udah nggak inget." Nadya nyengir. Dari dulu dia sering diajak reunian, tapi tetap nggak hapal temen-temen ortunya semasa sekolah.

"Nad."

"Iya, kenapa, Than?"

"Apa kamu malu punya teman cacat kaya aku?"

***

Kantin sekolah ramai. Nadhif dan beberapa cowok kelasnya memilih kantin yang tak terlalu ramai biar cepet balik kelas, tapi ternyata lama juga nunggunya.

Setelah menunggu, akhirnya minuman pesanan Nadhif siap dibuat.

"Bu, jus jambu saya sudah dibuat atau belum, ya?"

Hmm ... Nadhif seperti pernah mendengar suara cewek itu. Oh iya! Cewek yang waktu itu! Siapa namanya? Na ... Na ... Nazhifa?

"Tadi masnya mesen apa, ya?"

"Es matcha, Bu."

"Ohh ... ini, ya? Sebentar saya buatin."

"Jus jambu buat mbaknya dulu aja, Bu. Saya belakangan aja." Nadhif mengalah, meminta ibu kantin membuatkan jus jambunya cewek itu dulu. Kasihan, sepertinya dia sudah lebih lama menunggu.

"Udah nunggu lama, ya?" tanya Nadhif basa-basi.

"Iya."

"Tuh lagi dibikinin ibunya."

"Tau, kok." Lagi-lagi cewek itu menjawab pendek. Nadhif menghela napas. Pendekatan susah amat, dah?

"Btw, makasih ya waktu itu."

"Buat apa?"

"Kamu liat uangku jatuh, terus ngembaliin."

"Ohh ... yang itu. Santai aja." Jawabannya sedikit lebih panjang, disertai seulas senyum.

"Kita belum kenalan, ya? Padahal kita sama-sama ikut paskib, lho. Kenalin, aku Nadhif."

"Nazhifa."

Iya, aku udah tau namamu kok.

"Kamu kelas IPA 2, kan? Sekelas sama Nadya Edelstein?"

"Iya. Kok kamu tau Nadya, Dhif?"

"Dia kembaranku."

"Wahh ... ternyata kembarannya Nadya itu kamu? Kukira kamu pacarnya."

Pacar? Haha ... Nadhif tambah nyengir.

***

"Apa kamu malu punya teman cacat kaya aku?"

Pembicaraan yang awalnya santai langsung berubah 180 derajat.

Hati Nadya semakin bergetar. Ingin rasanya ia menangis mendengar ujarannya. Pertanyaannya mengingatkannya pada kalimat Alif pada adik-adiknya setelah kejadian kemah dua tahun lalu.

DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang