46. Jelang Ujian Mental

6 3 1
                                    

Minggu sore, keluarga Edelstein belanja bulanan di salah satu mall di pusat kota sekalian beli keperluan kemah. Keluarga kecil Ardan tentu saja ikut. Stok susu dan pampers Shabira sudah menipis. Troli belanja dipenuhi susu formula, pampers, air mineral literan, dan snack.

"Cukup nggak nih nanti bagasi mobilnya, barangnya besar-besar." Ariadna menata keranjang belanja. Anak-anaknya pada mengambil snack kemasan besar.

"Amunisi buat kemah, Ma."

"Bener, Tante. Besok Selasa kan kelas sebelas kemah," imbuh Hanif.

"Mau beli apa lagi?" tanya Lathif.

"Astagfirullah, trolinya udah penuh, Pa."

"Masih ada ruang, kok. Kita pisahin, Ma, atau ambil keranjang baru. Troli khusus keperluan Dalila sama Shabira biar Papa atau Ardan yang dorong. Itu para remaja butuh hiburan biar ambil keranjang baru buat jajanan mereka."

Memang bener ya, kalau mama kadang lebih pelit dari papa. Mama bukan pelit, tapi menjaga keuangan rumah tangga tetap stabil.

"Ambil keranjang baru, Pa?" tanya Nadhif memastikan.

"Keranjang aja buat jajanan kalian, nggak perlu troli."

"Asikk!!"

Trio Amburegul yang paling semangat mengambil keranjang baru. Nadya dibantu Hanif memindahkan jajanan dari troli ke keranjang. Jadi kini mereka belanja menggunakan dua troli dan satu keranjang. Troli pertama berisi perlengkapan bayi. Troli kedua berisi keperluan rumah tangga dan bahan makanan. Bisa dibayangkan kan betapa banyak belanjaan mereka?

"Mau beli yoghurt," cetus Nadya.

"Ambilin buat kita, Nad. Rasa terserah."

"Ya temenin lah, Mas, bawain keranjangnya. Tanganku nggak kuat, berat."

Mereka keluarga besar yang tampak bahagia. Beberapa pembeli bahkan SPG tampak tersenyum melihat mereka. Dua pasutri yang harmonis, enam remaja yang ganteng dan cantik, serta dua bayi perempuan yang imut dan manis. Orang-orang pasti dapat menilai betapa mulus dan bahagianya keluarga ini.

Padahal jalan hidup mereka tidak selalu mulus. Mungkin banyak orang belum tahu bahwa mereka pernah mengalami cobaan besar selama dua tahun berturut-turut.

***

Antrean di kasir sangat panjang. Banyak keluarga yang belanja bulanan segunung. Karena bosan, Nadya izin pada orang tuanya untuk jalan-jalan sebentar sambil mengajak Dalila. Adiknya kemungkinan rewel kalau ikut mengantre lama. Nadya ingin mengajak Dalila beli aksesoris. Orang tuanya mengizinkan, dengan syarat ditemani minimal satu kakaknya.

Daffa yang menemani, soalnya dia yang bisa diajak kerja sama kalau beli aksesoris. Beda sama Nadhif yang gampang protes. Bandonya alay, kek, warnanya jelek, kek. Nyebelin!

"Emang kamu bawa uang, Nad?"

"Bawa, dong."

Mereka sudah memasuki toko aksesoris langganan Nadya di mall ini. Pilihannya banyak, mulai dari aksesoris bayi hingga dewasa.

"Lila mau jepit apa bando?" Nadya berjongkok di depan stroller sambil menunjukkan sebuah jepit dan bando pada Dalila. Tangan Dalila seperti ingin menggapai aksesoris di tangan kakaknya, diikuti kaki yang bergerak-gerak menggemaskan.

"Lila pengen jepit? Oke, kita beli jepit ya. Bagusan yang ini apa yang ini, Mas?" Nadya giliran meminta saran Daffa.

"Hmm ... kayanya Lila dah punya banyak jepit bentuk pita deh, Nad. Mending yang bentuk bintang aja."

Nggak salah Nadya ngajak Daffa nemenin beli aksesoris. Saran atau pendapatnya masuk akal.

"Jagain Lila dulu, Mas. Aku mau nyari karet rambut. Karetku dah pada molor." Nadya beranjak ke rak berisi karet rambut.

DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang