Tiga hari setelah UAS berakhir, SMA Semangat mengadakan kemah untuk kelas 12.
Haduh ... kemah lagi!
Mereka masih terbayang-bayang kegiatan kemah kelas sebelas delapan bulan lalu. Dimarahin tentara, dikit-dikit disuruh push up. Yang lebih ngenes rambut cowok seangkatan kompak botak. Mereka takut kalau itu terulang.
Kira-kira kegiatannya apakah bersenang-senang seperti saat kelas sepuluh ataukah tetap pendidikan militer? Mari kita lihat bersama.
Satu per satu truk yang mengangkut rombongan peserta memasuki lapangan seberang barak tentara. Saat truk telah berhenti sempurna, beberapa cowok turun membantu cewek turun dan menerima barang. Cowok sisanya mengangsurkan barang ke bawah.
"Baraknya di sebelah barat ya, Mas, Mbak. Karena barak sebelah timur diisi sekolah-sekolah lain."
"Dua barak paling atas buat putri, dua barak sisanya buat putra," imbuh panitia yang lain.
Wahh ... kali ini mereka kemah nggak sendirian! Syukurlah, lebih rame lebih seru. Menghilangkan kesan seram.
"Tumben kita ada barengannya," gumam Qory.
"Kayanya waktu kelas sepuluh juga ada sekolah lain, kan?"
"Iya, tapi mereka dateng sehari setelah kita," jawab Nadya.
Seperti biasa, mereka rebutan tempat ternyaman di barak. Sebenernya semuanya sama aja, sih. Ngapain rebutan segala? Setelah mendapat tempat, mereka langsung menggelar tikar dan meletakkan barang bawaan di pinggir menempel dinding.
"Tunggu sebentar ya, Mbak. Lapangannya gantian dengan sekolah lain. Nanti kalau upacara pembukaan akan dimulai, kami kabari lagi." Beberapa panitia memberitahu peserta putri.
"Santai aja, Dek!"
Tentu mereka senang bisa beristirahat dulu. Rebahan di tikar sambil menikmati camilan. HP juga nggak dikumpulin. Mungkin panitianya lupa, tapi moga aja nggak usah dikumpulin.
***
Sesi makan siang pertama berjalan lancar. Nggak ada drama naruh kulit pisang di kepala ataupun makan cepat. Para tentara tetap mengawasi, tapi nggak sekeras kemarin.
Mereka mendapatkan PBB lagi setelah ishoma. Kemah nggak afdal kalau nggak ada baris berbaris. Entah karena pesertanya trauma dengan kemah kelas sebelas makanya pada disiplin atau tentaranya lagi pada baik hati, sesi PBB juga nggak ada drama dimarahin.
Setelah salat asar, mereka melanjutkan kegiatan di aula. Sosialisasi SNMPTN oleh guru BK yang ikut mendampingi.
"Emang udah tradisinya ya ranking satu MIPA lolos SNMPTN kedokteran, yang IPS akuntansi."
"Ranking satu paralel terakhir siapa, sih?"
"Hanif yang MIPA, Iren IPS," jawab Qory.
"Kalau misal Hanif tetep ranking satu di pemeringkatan SNMPTN, apa dia bakal ngambil kedokteran, Nad?"
"Kayanya nggak, Zhif. Passion Mas Hanif di teknik sama kaya kakak-kakaknya. Dia juga nggak mau kedokteran soalnya UKT tertingginya lebih mahal, nggak mau nyusahin walinya."
"Emang auto dapet golongan tertinggi, Nad?" Kiara penasaran.
"Mas Fajar dapet golongan tertinggi. Nyoba banding gagal terus, padahal udah nyertain surat kematian orang tua. Soalnya pabriknya masih tetep jalan, dikelola Mas Ardan dibantu Om Hilal. UKT Mas Fajar aja patungan antara Mas Ardan sama om-tanteku."
"Masku aja juga golongan tertinggi, Ki. Padahal yang kerja cuma papaku di instansi pemerintahan," jawab Nazhifa.
"Yee ... sama. Mbak Qisthi juga UKT-nya dapet yang tertinggi," tambah Qory.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]
Jugendliteratur[dam·pit] n anak kembar laki-laki dan perempuan (KBBI) Kembar dampit, atau kembar laki-laki dan perempuan. Seperti itulah "status" Nadhif dan Nadya. Mereka sepasang kembar yang telah memasuki masa remaja. Pastinya mereka telah mengenal cinta. Pasti...