Berita jadiannya Fathan dan Nadya cepat menyebar ke seluruh angkatan. Beberapa orang mendukung, tapi ada juga suara sumbang. Tentu saja alasan fisik yang menjadi bahan pembicaraan kakak kelas.
Lupakanlah masalah nyinyiran itu. Kalau mereka saling suka, yang lain tidak bisa berbuat apa-apa. Benar kata Daffa, biarkanlah mereka bersatu dengan caranya sendiri.
Yah, sayangnya Fajar nggak mau mendengarkan perkataan adik sepupunya itu. Dia masih tetap memikirkan cara menyatukan juniornya di paskibra dengan sesuatu yang unik. Dia gemas sendiri melihat Nadhif yang terus-terusan PDKT tapi nggak kunjung jadian. Menurutnya, harus ada orang lain yang mendorong Nadhif segera nembak gebetannya. Masalahnya, bagaimana caranya?
"Maksudnya drama musikal, gitu? Wah, ngoyot, Lur."
"Ya nggak drama musikal juga, sih. Yang penting mereka berdua cepet jadian."
"Kayanya dikasih back sound seru, deh, biar lebih dramatis."
"Minta bantuan anak band kalau begitu."
"Anggota kita kan juga ada anak bandnya. Gampang diatur." Fajar tersenyum riang. Salah satu temannya yang mengusulkan back sound memberinya secercah ide.
"Tapi lagu yang menggambarkan percintaan anak SMA apa, Lur?"
"Nah itu. Kita mikirin lagunya dulu, sembari aku juga berusaha mancing Nadhif buat segera menyatakan perasaan. Kita bakal lanjutin rapat sesegera mungkin, membahas cinlok di paskibra. Makasih bantuannya lho, Gaes."
"Sama-sama, Jar."
Pertemuan singkat itu ditutup. Fajar tersenyum riang. Cinlok di paskibra memang bukan kali ini saja, tapi yang satu ini rasanya ... benar-benar luar biasa! Saking luar biasanya, membuat para petinggi memikirkan cara untuk menyatukan mereka.
Sebenarnya bukan hanya mereka yang cinlok. Para seniornya saja yang belum tau, bahwa akan ada dua pasangan yang menyusul langkah Nadhif dan Nazhifa. Cinlok di paskibra.
***
Setelah dua bulan masuk SMA dan pisah kelas, baru kali ini Nadya dan Qory bisa nongkrong sama Aura dan Ily. Ya walaupun hanya nongkrong di taman kelas 10. Mumpung hari Jumat, istirahatnya panjang. Mushola sekolah juga lagi dipake shalat Jumat. Para siswi dan guru perempuan harus menunggu shalat Jumat selesai baru bisa menggunakan mushola.
"Nad, Rek, temen kelasmu kok ganteng-ganteng, to?" oceh Aura sambil nyengir dan mata berbinar-binar.
"Iye bener, Ra. Apalagi pacar barunya Nadya tuh. Ganteng banget. Siapa namanya, Rek?"
"Fathan."
"Nah itu! Gillss ... menurutku lebih ganteng dari Thariq."
"Ada lagi yang ganteng, Ly," bisik Aura, makin cengengesan, "bukan Thariq, juga bukan pacarnya Nadya."
"Terus siapa?"
"Ada deh."
"Mau kusebutin satu-satu? Aku sekretaris di kelas, nih lho. Udah biasa ngisi absensi, lama-lama apal nama sekelas," usul Nadya sekaligus menggoda Aura.
"Kasih tau lah, Ra," desak Qory.
"Pokoknya anak paskib. Ganteng, deh. Di kelas kalian kan banyak anak paskib. Jadi kalian susah nebaknya. Hehehe." Aura tersenyum miring.
"Cowok di kelasku yang ikut paskib cuma dua, kok, Ra."
"Udah, jawab to the point aja lah, Ra. Ilham atau Janu?" desak Qory.
"Janu kan udah punya pacar, Rek."
"Oiya, Nad. Wahh ... berarti Ilham, nih," tebak Qory. Raut muka Aura berubah merah. Antara terkejut, juga malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]
Teen Fiction[dam·pit] n anak kembar laki-laki dan perempuan (KBBI) Kembar dampit, atau kembar laki-laki dan perempuan. Seperti itulah "status" Nadhif dan Nadya. Mereka sepasang kembar yang telah memasuki masa remaja. Pastinya mereka telah mengenal cinta. Pasti...