4. Kalau Dampit Bersatu

59 12 2
                                    

Tiga hari ini seluruh siswa kelas sepuluh akan kemah di daerah kaki Gunung Ungaran. Tempat kemah mereka sebenarnya bukan bumi perkemahan, tapi barak tentara. Terletak di kaki gunung, udaranya sejuk walau mentari siang bersinar terik. Pemandangannya masih asri, pepohonan di sekeliling tampak menari-nari.

Para peserta kemah langsung menuju barak sesuai kelas masing-masing. Panitia kemah membagi satu barak untuk putra, dan dua barak untuk putri. Barak putra di bagian agak atas, di sebelah barak panitia. Sementara barak putri kelas genap (IPA 2, 4, 6, dan 8) paling bawah, dekat kamar mandi putra, dipisahkan pepohonan pisang dan tanaman umbi-umbian.

"Pokoknya kalau tidur aku gak mau paling pojok," cetus Nadhif.

"Yaudah, aku yang paling pojok." Hanif yang mengalah. Sebenernya enak juga tidur paling pojok mepet tembok, tapi takutnya kalau nggak sengaja ketatap pas tidur, kan sakit.

"Barang-barangnya tata dulu. Berantakan banget, elah." Yap, cowok-cowok meletakkan bawaannya sembarangan, sesuka hati. Nggak takut ketuker sama kelas lain, yaa?

"Tumbenan rajin, Dhif."

"Biar enak dilihat gitu. Biar gampang mau nyari barang. Biar nggak ketuker sama kelas lain." Cowok-cowok IPA 3 manggut-manggut mematuhi perintah sang ketua kelas. Mereka mulai menata dan merapikan barang bawaan, ya walaupun tetap tak serapi di barak putri.

"Habis ini bawa peralatan makan ke aula ya, Dek! Segera!" Seorang kakak Dewan Ambalan memberi instruksi, peserta kemah mengangguk mengerti.

Kegiatan kemah hari pertama dimulai dengan makan siang.

***

Setelah shalat dhuhur, kegiatannya adalah game. Seluruh peserta kemah memakai kaos merah.

Kali ini kumpul dengan anggota kelompok nomor absen masing-masing. Masih banyak yang tampak kebingungan mencari anggota kelompok masing-masing. Tapi buat Nadya nggak terlalu. Dia langsung nempel Ily, yang kebetulan bernomor absen 21 di kelas MIPA 4, sama sepertinya.

"Anggota kita yang lain mana, Nad?"

"Tuh, Mas Nadhif."

"Selain Nadhif maksudku."

"Gatau, Ly." Pandangan Nadya masih menyapu sekitar, mencari siapa yang sekelompok dengannya.

"Nad, kamu absen 21 juga, kan?"

"Iya kan, Liz?"

"Wah iya! Aku lupa, Nad! Aku nggak baca daftar nama yang dikirimin kakak DA. Aku juga nggak baca grup hiking. Hehe."

"Ya udah sini, Liz. Kita tunggu anggota yang lainnya." Nadya sudah menemukan satu lagi anggota kelompoknya. Eliz, salah satu anak kembar di angkatannya.

Sistem kelompok untuk game maupun hiking dicampur cowok-cewek, berdasarkan nomor absen yang sama dari setiap kelas. Semua murid bernomor absen 1 tergabung dalam kelompok satu, demikian seterusnya.

Kebetulan, Nadhif dan Nadya tergabung dalam kelompok yang sama, karena nomor absen mereka di kelas masing-masing sama.

Barisan absen 21 sudah terisi penuh. Dari 12 kelas, terdiri dari 8 cowok dan 4 cewek.

Kelompok nomor 7, 8, 13, 14, 20, dan 21 beranjak ke game pertama di lapangan utama, game estafet spons basah.

"Weey, ngelemparnya pelan-pelan napa, Dhif?" protes Ily yang rambut dan bajunya basah terkena lemparan spons. Ngelemparnya kan dari belakang kepala, temen yang di belakangnya harus siap. Setelah sampai belakang, diperas, orang yang paling belakang lari ke depan untuk merendam spons dalam air, kemudian estafet lagi ke belakang. Begitu seterusnya.

DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang