52. Cindelaras, Bukan Cinderella

3 3 0
                                    

Nadhif merasa tersindir saat Nadya, Hanif, bahkan Qory udah mulai menggarap tugas video cerita rakyat. Sementara kelompoknya masih anteng-anteng aja. Deadline memang masih bulan depan, tapi kalau semakin diundur, malah nggak selesai-selesai.

Mumpung sekarang masih libur USBN, seharusnya cukup buat syuting. Nanti kalau udah nggak libur, mereka malah lebih sulit menentukan waktu luang. Libur begini aja Nadhif masih sibuk bikin proposal Kartinian dan LDK OSIS, danus Astar dan Universo, serta menyempurnakan desain MMT dan sertifikat Astar. Kalau udah nggak libur, Nadhif malah nggak ada waktu buat syuting, padahal dia pemeran utamanya.

"Asem, kenapa aku jadi pemeran utama, sih?"

"Aku juga pemeran utama kali, Dhif. Nadya juga," komentar Hanif.

"Udah tau ketos sibuk, masih aja dijadiin peran utama."

"Udahlah, nikmati aja, Dhif. Peran utama malah dapet spotlight khusus dan bakal diinget Bu Mia." Hanif jelas bersantai. Kelompoknya udah menyelesaikan 80% bagian video, tinggal prolog dan epilog doang yang rencananya dibikin di sekolah.

"Aku mau spam grup dulu, dah. Kalau nggak dispam, nggak bakal sadar." Nadhif beranjak mengambil ponselnya di kamar. Kalau dia nggak memulai pembicaraan duluan di grup, sampe menjelang deadline kayanya grup itu bakalan sepi. Memang harus ada inisiatif dari orang berpengaruh.

***

Upaya Nadhif mengingatkan kelompoknya untuk segera syuting akhirnya berhasil setelah beberapa jam dikacangin. Penulis naskah mengirimkan file naskah yang sudah fix untuk dibaca dan dipahami para pemain.

Mereka sepakat untuk syuting hari Sabtu di kota bawah, di tempat yang sama seperti Nadya. Di tempat itu memang banyak rumah adat Jawa Tengah. Latar tempat mereka amat membutuhkan rumah joglo.

Masalah kostum sebenernya gampang. Yang paling membingungkan adalah properti ayam. Nadhif mendapatkan cerita Cindelaras, yang memiliki ayam jago yang sakti. Masalahnya, siapa yang punya ayam jago? Siapa yang mau bawa ayam ke tempat syuting? Siapa yang bisa jadi pawang ayam?

"Beli ayam di mana, ya, Mas?" Nadhif menanyai kedua kakaknya.

"Di pasar banyak. Di supermarket juga ada," jawab Daffa.

"Bukan ayam potong, tau! Tapi ayam jago!"

"Bilang dong yang jelas!"

"Ayam jago buat apaan emang?" tanya Alif.

"Syuting video bahasa Jawa. Soalnya ayam jago properti yang paling penting."

"Emang ceritanya apaan sampai butuh ayam jago segala?"

"Cindelaras."

"Hah? Cinderella?! Emang Cinderella termasuk cerita rakyat Jawa?"

"Ish! Cindelaras, Mas! Cindelaras, bukan Cinderella!" Nadhif memberikan penekanan, tampak kesal.

Apa Daffa beneran nggak tau cerita Cindelaras? Kayanya nggak mungkin, deh. Daffa kan seneng baca buku, masa nggak tau cerita rakyat yang satu ini? Atau kupingnya lagi bermasalah jadi agak budeg? Entahlah.

"Kelompokmu nggak ada yang bagian ngurusin properti? Masa pemain utama juga tetep ngurusin properti?"

"Nah, masalahnya kelompokku nggak ada yang melihara ayam jago, Mas. Nggak enak kalau pinjem tetangga. Kalau terjadi apa-apa sama ayamnya, nanti kita yang kena."

"Ya makanya beli, dong," komentar Daffa.

"Belinya di mana?"

"Coba aja search di google pasar ayam terdekat. Nanti suruh temenmu beli. Uangnya iuran satu kelompok. Gampang, kan?" Alif memberi saran.

DAMPIT (New Version) ~ [Complete√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang