• 55 •

4K 370 205
                                    

~ Happy Reading ~

~ Happy Reading ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌠🌠🌠

DI pagi hari saat tersadar, hal pertama yang dilihat oleh Sheena adalah Bi Rumi yang sedang merapikan beberapa barang yang baru dibawanya dari rumah. Meski kedua matanya masih terasa berat untuk dibuka, namun gadis itu tetap memaksakan diri untuk bangun. 

Selang infus yang masih menempel pada tangan kanannya membuat Sheena tidak leluasa untuk bergerak. Terhitung sudah tiga hari ia berada di rumah sakit ini. Belum ada tanda-tanda kapan Dokter Fariz akan mengizinkannya untuk pulang.

“Bibi...” panggil Sheena pada Bi Rumi yang terlihat belum sadar kalau gadis itu telah bangun.

“Non Sheena.” Bi Rumi buru-buru meninggalkan beberapa barang Sheena yang masih diaturnya ke dalam lemari kecil yang terletak di samping tempat tidur. Wanita itu mendekat pada Sheena.

“Non Sheena butuh sesuatu?” Nada suara gadis itu yang pelan membuat Bi Rumi merasa khawatir. Karena semalam suhu badan Sheena mulai naik lagi. Hal utama yang membuat Dokter Fariz belum mengizinkannya untuk keluar dari rumah sakit.

Sheena meringis, memegang kepalanya yang tiba-tiba sakit. Bi Rumi semakin menampilkan wajah khawatir, yang segera ditepis oleh Sheena dengan senyum tipis.

“Bibi panggilkan dokter dulu ya, Non?”

“Nggak usah, Bi. Aku nggak apa-apa.” Sheena tersenyum paksa. Tidak membiarkan Bi Rumi merasa lebih cemas lagi dengan dia.

Sheena melirik ke arah jam dinding, pukul tujuh pagi. Yang artinya jika sehat, setengah jam lagi ia harus sudah berada di sekolah.

Gadis itu kembali menatap Bi Rumi yang masih setia menunggu apa yang akan Sheena katakan. Takut kalau gadis itu butuh sesuatu. Dahi Sheena berkerut-kerut tipis, menandakan ada hal yang ingin ia tanyakan pada Bi Rumi.

Beberapa detik melihat Sheena yang belum juga bersuara membuat Bi Rumi kembali bertanya dengan nada cemas. Gadis itu hanya diam dengan mengalihkan pandangan ke arah bawah. Terlihat murung.

“Non Sheena, benar udah nggak papa? Bibi panggilin dokter aja ya, Non?”

Sheena menahan tangan Bi Rumi yang hendak pergi, kepala gadis itu menggeleng dengan samar. “Aku beneran udah nggak papa, Bi. Aku cuman...”

“Non Sheena kenapa?” tanya Bi Rumi sekali lagi. Wanita itu memilih untuk duduk di samping tempat tidur Sheena. Melihat anak yang selama ini telah dirawatnya dari kecil, yang selama ini pun jarang dilihatnya bisa tertawa lepas.

G E M I N I [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang