Sheena berharap, ada perban yang dapat ia gunakan untuk menyembuhkan luka yang tidak terlihat.
Kata orang, saudara adalah tempat yang paling baik untuk meredam keluh kesah dan masalah. Akan tetapi kenyataan yang Sheena dapat, saudara tidak pernah m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
💫💫💫
SHEENA mengambil benda yang dititip Bramana kepadanya untuk diberikan pada Roro. Belum sempat ia memberikan benda itu, Roro sudah pergi lebih dulu bersama Sheera dan Malla. Ia tidak dapat mengejar Roro. Karena Bu Maya memintanya untuk membawa map absent serta bukunya ke ruang guru lebih dulu.
Guru fisika itu sedang ada urusan mendadak dengan perutnya, yang mengharuskan dia segera pergi ke toilet.
Kelas telah sepi, Dipshi barusan pulang setelah menawarkan diri untuk membantu Sheena mengantar barang-barang Bu Maya. Tapi Sheena menolaknya. Karena ia tahu, Vero tidak suka menunggu lama.
Sheena keluar kelas sambil membawa buku serta map absent Bu Maya. Ia merapikan kertas-kertas absent itu yang sedikit berantakan. Saat ini suasana lorong sudah sangat sepi. Wajar saja karena begitu bel pulang berbunyi, semua murid berbondong-bondong untuk cepat pulang.
Tiba-tiba Sheena merasa bahunya dirangkul seseorang, yang membuat Sheena sangat kaget. Sheena meliriknya dari samping.
“Mau ke mana lo? Buru-buru amat jalannya,” tanya siswi itu—yang Sheena ketahui adalah Maura.
“Ke ruang guru, Kak,” jawab Sheena mulai takut. Terlebih saat ia melirik ke samping kirinya, Selena telah berada di samping dia dengan sebuah senyum sinis.
“Santai dong jalannya. Lo kayak dikejar setan aja. Jalannya buru-buru amat,” ujar Selena ringan. Tapi nada suara santai mereka justru membuat Sheena merinding. Ia tahu akan ada hal yang tidak beres setelah ini.
Kedua gadis itu menyeret tangan Sheena dengan paksa. Sheena terpekik kaget. Berusaha melepas cekalan tangannya dari Maura dan Selena. Tapi kekuatan Sheena tidak sebanding dengan kedua gadis itu, yang tengah menyeretnya secara paksa.
“Lepasin tangan aku, Kak! Sakit!” Sheena meronta. Tapi tenaganya tidak cukup untuk ia melawan sendiri.
“DIAM!” bentak Maura.
Maura dan Selena membawanya ke salah satu ruang kelas yang kosong. Tidak lupa Selena menutup pintu kelas tersebut.
Kedua gadis itu mendorong tubuh ramping Sheena ke dinding dengan kasar, hingga menimbulkan bunyi benturan. “Jadi cewek jangan terlalu ganjen!” Maura membentak. Sheena menatapnya bingung. Tidak mengerti dengan ucapan Maura yang menyakitkan.