~ Happy Reading ~
🌠🌠🌠
DENGAN pelan, Noah menutup pintu kamar Mamanya. Setelah hampir dua jam menenangkan Mamanya yang kembali kambuh, Marina baru bisa tenang setelah mendapat suntikan khusus dari dokter.
Sejujurnya Noah tidak mau melakukan hal itu. Memasukkan obat penenang ke dalam tubuh Mamanya. Obat penenang yang hanya diperuntukkan bagi pasien dengan gangguan mental. Dia tidak tega mengakui, kalau ibunya sekarang berada pada tahap serius.
PTSD yang diderita oleh Marina dari hari ke hari semakin parah. Sudah dua tahun lamanya Marina menderita gangguan mental ini. Gangguan yang ditandai dengan adanya kegagalan untuk pulih setelah melihat peristiwa mengerikan. Dengan pemicu yang dapat membawa kembali kenangan trauma disertai dengan reaksi emosional dan fisik yang intens.
Dokter menyarankan agar Marina segera dibawa ke rumah sakit jiwa. Namun Noah menolaknya dengan tegas. Noah selalu mengatakan hal ini ke dokter, “Mama saya nggak gila, Dok. Dia hanya belum bisa menerima kematian Naura.”
Perasaan Noah selalu pedih ketika dokter menyebut-nyebut rumah sakit jiwa. Tentu ia tidak tega memasukan orang yang sangat dicintainya ke tempat itu. Setiap hari kematian Naura, Marina selalu kambuh. Dia akan berteriak memanggil-manggil nama anaknya ketika hari ini tiba.
Noah kembali ke kamarnya. Seragam sekolah masih melekat di tubuh dia. Laki-laki itu duduk di pinggiran kasur. Perkataan dokter barusan kembali terngiang di kepalanya. Satu cara yang mungkin bisa membuat mental ibunya kembali pulih.
Membuang napas berat, mata Noah terkatup. Noah memijit pelipisnya dengan gusar. Ia teringat kembali pada Sheena, yang tanpa sengaja ditinggal saat gadis itu turun untuk membeli minum. Mendapat telepon mendadak dari suster yang menjaga Marina, yang mengatakan kalau ibunya kembali kambuh, buat Noah kalut. Dan tanpa sengaja pergi begitu saja. Yang ada dipikiran Noah saat itu hanyalah ibunya.
Noah mengambil HP-nya yang ada di atas meja, kemudian mendial nomor Sheena. Satu panggilan tidak dijawab oleh gadis itu. Panggilan kedua, ketiga sampai kesepuluh pun, Sheena tak juga mengangkatnya.
Memberenggut kesal, Noah melempar HP itu ke atas tempat tidur. Gondok gara-gara Sheena mengabaikan panggilan dari dia. Laki-laki itu tahu kalau Sheena memang sengaja tidak mau mengangkatnya. Namun tidak lama, Noah kembali mengambil ponsel ber-case dark blue tersebut. Kemudian mengetik pesan singkat pada Sheena.
Angkat teleponnya.
Beberapa menit menunggu, Sheena tidak membalas. Pesan itu hanya dibaca oleh Sheena. Sebenarnya Noah keki. Namun setelah mengingat yang salah di sini adalah dia, maka Noah mencoba untuk tetap sabar. Cowok itu kembali mengetik pesan ke Sheena.
KAMU SEDANG MEMBACA
G E M I N I [COMPLETE]
Teen FictionSheena berharap, ada perban yang dapat ia gunakan untuk menyembuhkan luka yang tidak terlihat. Kata orang, saudara adalah tempat yang paling baik untuk meredam keluh kesah dan masalah. Akan tetapi kenyataan yang Sheena dapat, saudara tidak pernah m...