Sheena berharap, ada perban yang dapat ia gunakan untuk menyembuhkan luka yang tidak terlihat.
Kata orang, saudara adalah tempat yang paling baik untuk meredam keluh kesah dan masalah. Akan tetapi kenyataan yang Sheena dapat, saudara tidak pernah m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌠🌠🌠
Dua tahun yang lalu…
ARION tidak tahu apa maksud Naura mengajaknya bertemu. Adiknya dari beda ibu itu meminta dia untuk datang menemuinya.
Saat itu ia berada di balik kemudi, di luar mobil hujan turun semakin deras. Arion menyaksikan hujan yang turun semakin deras dengan sesekali melihat jam yang melingkar di tangannya. Sudah lebih dari satu jam ia menunggu Naura datang.
Mobilnya menepi, sesuai ajakan Naura, mereka akan bertemu di jalan tol. Tempat yang mungkin Noah tidak akan tahu.
Sementara itu di seberang jalan, Naura berlari tanpa mempedulikan hujan yang semakin deras memakannya dalam basahan. Gadis itu tidak peduli kalau tubuhnya akan terus basah dengan air hujan. Tidak goyah sedikit pun saat kakinya mulai mendekati mobil Arion yang menepi.
Dari dalam mobil, Arion melihat adiknya yang berlari menghampirinya. Laki-laki itu bergegas mengambil payung di dashboard. Keluar ketika Naura semakin mendekat.
“Kamu lari sampai ke sini?” Tidak adanya mobil yang melintas di jalan itu membuat Arion berpikir kalau adiknya memang berlari sampai di sini.
“Itu nggak penting, aku datang sampai ke sini dengan apa.” Naura tidak peduli dengan badannya yang mulai mengigil. Arion yang melihatnya bergegas memayungi adiknya itu.
“Masuk dulu ke mobil. Kita bicara di dalam, hujannya makin deras.”
Naura menahan tangan Arion. “Aku nggak punya banyak waktu, Kak. Kak Noah bentar lagi pasti akan datang. Dia tahu aku datang ke sini buat nemuin Kak Arion.”
“Kalau gitu apa tujuan kamu ngajak aku ketemu?”
“Aku minta Papa dari Kak Arion.”
Arion terkejut, apa maksud gadis ini?
“Mama sakit. Orang yang selalu disebut-sebut Mama cuman Papa. Mama nggak berhenti ngingau nyebut nama Papa. Aku nggak tahu lagi harus ke mana. Aku udah coba buat datang ke rumah Kak Arion, tapi Kakek ngusir aku. Dia nggak ngizinin aku untuk masuk ketemu Papa. Aku coba telepon Papa, tapi nggak pernah diangkat.”
“Naura… Tapi Papa saat ini emang lagi nggak ada di Jakarta.”
“Terus Papa ke mana?” Naura kalut. “Kali ini aja, aku butuh Papa untuk Mama.”
“Papa di Singapur. Ibu aku sakit, dan harus operasi di sana.”
“Kak…” Naura menyentuh satu tangan Arion yang bebas. “Tolong kali ini aja, kasih tahu Papa. Kasih tahu Papa kalau Mama sakit. Kita nggak punya siapa-siapa untuk dituju selain Papa. Sekali aja, tolong bawa Papa ketemu Mama. Aku ngerti Ibu Kak Arion juga sakit, tapi bukannya Ibu Kak Arion masih banyak yang menjaga. Mama kelihatan sakit parah, Kak. Aku nggak tahu lagi harus ngapain.”