~ Happy Reading ~
Mampu tersenyum bahkan tertawa di saat diri sedang terluka, merupakan salah satu bukti seberapa kuat kamu bisa menjalani hidup.
🌠🌠🌠
“BAGAIMANA keadaannya, Dokter? Anak saya baik-baik saja kan?”
Anjani terlihat tidak sabaran ketika Dokter Fariz baru saja selesai memeriksa kondisi Sheena. Anak itu masih terbaring lemah dan belum sadarkan diri, membuat Anjani kian khawatir dan tidak bergerak sedikit pun dari posisinya yang berdiri tepat di samping tempat tidur Sheena. Irawan yang juga berada di sana hanya bisa mengelus pundak istrinya. Menenangkan wanita itu, meskipun perasaan dia juga sama khawatirnya dengan Anjani.
“Untuk saat ini kondisi Sheena masih bisa dikatakan baik-baik saja. Sheena sekarang belum sadar karena efek dari obat yang saya berikan agar dia bisa beristirahat dengan baik.” Dokter Fariz kembali melihat ke arah Sheena sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya.
“Sebentar lagi Sheena akan sadar. Untuk lebih lanjutnya, silahkan temui saya di ruangan. Ada yang ingin saya sampaikan mengenai kondisi Sheena lebih lanjut.” Dokter Fariz keluar dari ruang inap Sheena setelah Irawan mengangguk samar sebagai jawaban atas perkataannya barusan.
Anjani melepas rangkulan suaminya dan berjalan menuju tempat duduk yang ada di samping ranjang Sheena. Wanita itu mengambil tangan Sheena untuk digenggam. Wajah putrinya terlihat pucat di balik masker oksigen yang menutupi separuh wajahnya.
“Sheena bisa sembuh kan, Wan?” lirih Anjani menatap sendu putrinya. Dia memberi kecupan hangat di tangan Sheena yang terasa dingin.
“Dokter Fariz bilang Sheena sebentar lagi akan sadar. Jadi kamu nggak usah khawatir,” balas Irawan, menahan rasa sesak di dalam dadanya saat melihat putrinya yang kembali drop.
“Bagaimana bisa aku nggak khawatir? Kalau setiap saat keadaan Sheena bisa aja kritis. Aku nggak kuat kalau harus lihat Sheena kembali drop seperti ini. Aku bahkan nggak berani datang ke ruangan Dokter Fariz dan mendengar sendiri semua penjelasan dari dia mengenai kondisi Sheena.”
Irawan hanya bisa diam mendengar semua perkataan istrinya. Pria itu juga bisa merasakan apa yang istrinya rasakan saat ini. Hanya saja, Irawan berusaha untuk tetap kuat. Karena kalau bukan dia yang menguatkan Anjani, maka wanita itu hanya akan membuat Sheena semakin sedih. Pria itu bisa merasakan apa yang Sheena rasakan setiap kali ia melihat Mamanya yang selalu saja menangis dalam keadaan apa pun.
“Sheena... bisa bertahan sampai hari ulang tahunnya nanti kan, Wan?”
“Kamu ngomong apa sih? Kenapa kamu bertanya seperti itu? Tentu saja, Sheena masih akan hidup sampai hari itu tiba. Dia akan merayakan ulang tahunnya nanti bersama kita.” Irawan menarik napas dalam-dalam. Ucapan istrinya barusan hanya membuat perasaannya semakin sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
G E M I N I [COMPLETE]
Teen FictionSheena berharap, ada perban yang dapat ia gunakan untuk menyembuhkan luka yang tidak terlihat. Kata orang, saudara adalah tempat yang paling baik untuk meredam keluh kesah dan masalah. Akan tetapi kenyataan yang Sheena dapat, saudara tidak pernah m...