• 16 •

3.3K 323 53
                                    

~ Happy Reading ~

~ Happy Reading ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫💫💫

SUASANA kelas sepuluh IPA enam sedang senyap-senyapnya, itu karena lima menit yang lalu guru kimia baru saja keluar kelas dan meninggalkan tugas untuk mereka kerjakan. 

Tidak ada yang berani membuka suara ataupun pembicaraan selama melihat Sheera yang masih serius mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Gadis itu jika sedang serius mengerjakan tugas yang guru berikan tidak bisa diganggu, dan tidak ada satu orang pun di kelas ini yang berani menganggunya. Termasuk kedua temannya—Roro dan Malla.

Kelas tampak sangat hening. Sampai terdengar suara samar-samar yang berasal dari bangku sudut paling belakang mengambil atensi Sheera. Gadis itu melirik bangku yang diduduki oleh tiga orang perusuh kelas. Siapa lagi kalau bukan Bastian, Akai dan Archer.

Sheera masih membiarkan suara yang terdengar samar di telinganya ini. Belum berniat untuk menegur tiga cecunguk itu.

“Woy, woy, syuttt, syuttt....” panggil Archer pada Suzan dengan suara sepelan mungkin. Takut mengganggu Sheera.

Suzan yang sedang serius mengerjakan soal kimia menoleh sedikit ke arah belakang. “Apa?” tanya Suzan tanpa suara—hanya berupa gerakan mulut. Sebab Sheera duduk tepat di depannya.

“Nomor tiga dong. Rumusnya pakai apa? Lamda di kali dua, apa lamda di kali—aawww!” Ucapan Archer terhenti, saat merasa kepalanya yang tiba-tiba dipukul Akai menggunakan buku cetak kimia yang tebalnya tiga centi.

“Bego! Sejak kapan kimia ada rumus lamda-nya?”

“Yaa mana gue tahu. Lagian gue nanya doang. Ngapain lo pukul kepala gue, anjim?!”

“Biar otak lo kebuka!”

“Lo pikir otak gue apaan, pake kebuka sega—bajigurrr!!”

Ucapan Archer lagi-lagi terhenti begitu saja bersamaan dengan ringisan, saat kepalanya mendapat lemparan botol tupperware milik Suzan yang tebalnya tidak usah ditanya lagi. Tanpa melihat pun, cowok belasteran Belanda itu sudah tahu, siapa orang yang baru saja melempar kepalanya menggunakan botol tersebut. Archer meringis saat melihat tatapan tajam Sheera padanya.

“Berisik!” ucap Sheera dengan aura dingin yang meretas.

“Rasain,” ledek Bastian yang duduk di depan Archer sambil menahan tawa. Pasalnya ini sudah kesekian kalinya Sheera melempari kepala Archer menggunakan botol tupperware milik Suzan.

“Sorry, beb—ehhh, maksudnya Ser. Keseleo lidah gue.” Archer cekikikan tidak jelas, sementara Sheera tidak peduli lagi. Ia memilih langsung keluar kelas saat mendengar bunyi bel istirahat pertama, diikuti Roro dan Malla setelah selesai menyalin tugas Sheera.

G E M I N I [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang