~ Happy Reading ~
💫💫💫
SEMUA orang yang ada di kelas sebelas IPA enam menatap setiap gerakan Noah yang buru-buru membawa Sheena ketika ia jatuh pingsan di dalam pelukannya. Hanya ada satu titik fokus yang menjadi pusat perhatian mereka saat ini.
Apa benar, seorang Noah Delano bisa se-khawatir itu kepada perempuan? Apalagi perempuan yang ia cap sebagai black list-nya sendiri. Itu sangat aneh.
Keluarnya Noah bersama Sheena di dalam gendongannya, bisik-bisik heboh mulai terdengar dari mulut masing-masing. Membicarakan aksi cowok itu, yang menurut pandangan mata gadis-gadis di sini kelihatan ... manis.
“Noah itu sebenarnya suka sama Sheena. Hukuman, mah, cuman kambing hitamnya doang.” Vero menepuk bahu Azriel. Mengatakan apa yang ia rasakan tentang perasaan Noah yang sebenarnya. Masih dengan keadaan cengo menatap pintu kelas, di mana para murid yang semakin heboh membahas sikap Noah yang tadi.
Dengan tatapan yang sama, Azriel menjawab, “Fix, dah, ini sejarah baru namanya. Noah Delano mau repot-repot duduk di bawah, cuman buat ngecek luka seorang adik kelas. Habis itu gendong Sheena dengan khawatir. Emang apa lagi kalau bukan suka namanya?”
Vero menyenggol pelan bahu Azriel. Kemudian memberikan isyarat pada cowok itu untuk melihat ke arah Bramana yang tampak sangat santai di tempat duduknya. Ditemani buku sastra kuno yang saat ini menjadi pusat perhatian cowok berparas manis tersebut. Seperti apa yang barusan Noah lakukan adalah hal yang biasa baginya, sehingga tidak membuat cowok itu heran ataupun peduli.
“Benar, kan, Bramana?” tanya Vero sedikit memperbesar suaranya. Karena jarak mereka cukup jauh. Vero dan Azriel masih berdiri di depan papan tulis.
Bramana mengangkat kepalanya dari buku dengan salah satu alis yang ikut naik. “Apa?”
Vero mengeluarkan decakan kecil. Kenapa Bramana sangat lelet dalam memahami pertanyaannya barusan? “Noah sebenarnya suka kan sama Sheena?” ulangnya lagi dengan suara agak jengkel.
“Yang punya hati kan Noah. Kenapa lo berdua nanyanya ke gue?”
Bramana menutup buku sastra yang sedang ia baca. Memasukkan buku bersampul cokelat itu ke dalam laci meja. Lantas ia berdiri dari tempat duduknya. Berjalan ke arah depan dengan santai.
“Tapi, kan, lo yang paling dekat dengan Noah. Seharusnya lo tahu dong perasaan dia ke Sheena.” Azriel ikut bersuara.
Dua detik Bramana hanya diam. Memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan kepada dua temannya ini yang sangat penasaran dengan sikap Noah.
KAMU SEDANG MEMBACA
G E M I N I [COMPLETE]
Teen FictionSheena berharap, ada perban yang dapat ia gunakan untuk menyembuhkan luka yang tidak terlihat. Kata orang, saudara adalah tempat yang paling baik untuk meredam keluh kesah dan masalah. Akan tetapi kenyataan yang Sheena dapat, saudara tidak pernah m...