~ Happy Reading ~
🌠🌠🌠
SETIBANYA di pintu gerbang Sheena memang telah mewanti-wanti, apa yang akan terjadi dengannya setibanya ia di sekolah. Mengenai kejadian kemarin yang membuat hampir seluruh tamu undangan Shea, yang juga berstatus sebagai murid di sekolah ini tercengang lebar.
Pegangan erat pada tali tasnya menjadi bukti ketakutan dia. Dengan kaki gemetar yang tidak bisa hilang, Sheena melangkah menuju ke kelas sepuluh IPA enam. Berjalan dengan wajah yang ia tundukkan, namun matanya masih memperhatikan keadaan sekitar koridor yang ia lewati.
Alisnya menaut tipis. Perlahan, gadis itu mengangkat kembali wajahnya. Tidak ada tanda-tanda yang menjadi kekhawatiran Sheena selama dalam perjalanan tadi. Semua murid tampak biasa saja melakukan aktivitas mereka.
Bukannya geer. Hanya saja, kejadian yang berhubungan dengan Noah pasti akan selalu viral di sekolah ini. Apalagi setelah namanya menjadi hal yang bisa menyeret acuan berita itu akan semakin tersebar luas. Dengan tampang bingung, namun di dalam hati juga bahagia, Sheena tidak menghiraukan kekhawatirannya lagi. Dia berjalan dengan santai menuju ke kelasnya.
“Habis makan salak, dilanjut minum jamu. Sheena yang cantik, dunia ini terasa jemu bila tidak ada kamu... eeeaaa...”
Sheena tersenyum kecil. Baru sampai kelas, gombalan pantun Bastian yang menyambut kedatangannya. Gadis itu meletakkan tasnya di sandaran kursi. Di sampingnya sudah ada Dipshi yang duduk.
Cewek bermata kecil itu tersenyum ejek mendengar celotehan Bastian yang menurutnya cringe banget. Dipshi berdehem halus yang sengaja dibuat besar, supaya Bastian juga ikut mendengar.
“Habis makan salak, dilanjut minum teh botol. Muka valak, jangan sok keras batu berlian nggak cocok sama batu kerikil!”
Cowok yang tadinya hendak berjalan menuju ke bangkunya itu berhenti, memutar badan sedikit agar bisa melihat cewek menyebalkan yang baru saja membalas sapaan cintanya untuk Sheena.
Bastian mendelik sinis ke arah Dipshi. “Lo punya beban masalah apa sih sama gue?” Bastian mengeluarkan smirk kecilnya. “Cemburu? Bilang bos!”
“Cuih! Gue, cemburu?” Dengan arah jari telunjuk yang mengarah ke dia, kemudian menunjuk Bastian yang masih berdiri di sana dengan kening terangkat sebelah. “Sama lo? Mimpi! Ya kali gue cemburu sama muka valak. Iuuwww.”
“Ganteng begini lo bilang muka valak? Buang aja mata lo, Sayang. Percuma ada kalau nggak berfungsi.” Bastian sinis.
“Apaan sih?!” Bastian kesal karena ujung jasnya ditarik-tarik oleh Archer yang sedang duduk di bangku dekatnya berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
G E M I N I [COMPLETE]
Teen FictionSheena berharap, ada perban yang dapat ia gunakan untuk menyembuhkan luka yang tidak terlihat. Kata orang, saudara adalah tempat yang paling baik untuk meredam keluh kesah dan masalah. Akan tetapi kenyataan yang Sheena dapat, saudara tidak pernah m...