• 01 •

7.8K 520 41
                                    

~ Happy Reading ~

💫💫💫

DI PAGI hari, seperti rutinitas keluarga pada umumnya. Saat matahari mulai muncul pada lingkaran langit, dan sebelum semua orang melakukan aktivitas masing-masing, waktu ini selalu diidentik dengan sarapan bersama.

Sheera keluar dari kamarnya yang berada di lantai dua. Berjalan dengan wajah papar seperti biasanya. Tidak ada senyum yang ia gambarkan di wajah cantiknya saat ia duduk. Tatapannya semakin membosankan, saat melihat menu makanan yang ada di atas meja. Nasi goreng spesial tanpa rasa.

“Pagi, Sheera,” sapa Sheena seperti biasa—manis dan ceria.

Irawan yang sedang menyesap kopi hitamnya pun ikut menyapa putrinya itu. “Pagi, Sayang.”

Mengabaikan sapaan papanya, Sheera menoleh sinis pada Sheena yang pagi-pagi sudah tampak rapi dengan balutan dress berwarna kuning cerah, serta bandaw pita cokelat yang melekat pada kepalanya.

Sementara Sheera telah siap dengan pakaian sekolahnya. Sudah menjadi rutinitas gadis bernetra cokelat itu. Di hari kamis Sheena harus melakukan check up untuk kondisinya. Penyakitan.

Sheera tidak menjawab sapaan Sheena. Ia hanya menatap sekilas kembarannya, lantas mengambil roti dan selai coklat untuk dimakan. Membuat Sheena mengulas senyum kecut.

“Kalau disapa itu dijawab, Sheera. Bukan diam saja, di mana sopan santun kamu terhadap keluarga?” tegur Anjani.

Tangan Sheera yang tadinya mengolesi roti dengan selai, berhenti begitu saja. Gadis yang rambutnya dicat menggunakan warna cokelat itu lantas menoleh dengan senyum yang dipaksakan. “Pagi juga,” jawabnya sinis. Membuat Anjani meletakkan sendoknya di atas piring dengan hentakan yang cukup nyaring.

“Pagi-pagi jangan bikin keributan, Sheera!” ucap Anjani dengan geraman tertahan. “Kamu kenapa, sih, sebenarnya? Nggak pernah sehari saja sikap kamu itu normal?”

“Anjani.” Irawan menyentuh tangan istrinya. Berucap dengan nada pelan, berusaha meredamkan emosi Anjani. Agar tidak ada keributan yang akan terjadi di pagi ini.

“Bersikap normal?” Sheera tersenyum miring. “Gimana aku mau bersikap normal. Sementara Mama aja nggak pernah normal menyayangi kedua anak Mama!” Sheera menormalkan detak jantungnya yang mulai bergemuruh, akibat emosinya yang mulai keluar. 

“Apa Mama sadar, aku bahkan setiap hari harus makan roti. Karena setiap harinya makanan yang ada di atas meja rasanya pasti selalu hambar! Apa Mama nggak pernah mau tahu perasaan aku, kalau aku juga pengen makan-makanan yang normal. Nggak hambar terus kayak gini! Yang sakit di sini itu Sheena, kenapa aku juga harus ikut-ikutan menderita dengan makan-makanan hambar yang sama dengan dia?!”

Sheera membuang piringnya ke atas lantai dengan kasar. Sehingga menimbulkan bunyi yang sangat nyaring. Membuat piring putih tersebut pecah dan berserakan di atas lantai. Para pelayan yang ada di dapur hanya bisa menatap getir kekacauan yang sudah sering terjadi di keluarga ini.

“Sheera….” Irawan berusaha menenangkan Sheera dengan memanggil lembut putrinya. Sementara Sheena hanya bisa memandangi keributan di pagi ini dengan air mata yang mulai jatuh membasahi wajahnya.

“Jangan kurang ajar kamu, Sheera!” Anjani sudah berdiri dari tempat duduknya. Menatap nyalang Sheera yang juga ikut menatapnya tak kalah tajam.

“Sikap Mama yang udah buat aku jadi kurang ajar kayak gini. Mama bahkan tega, buang aku ke Kakek dan Nenek cuman gara-gara dia!” Sheera menunjuk tegas pada Sheena yang kini menundukkan wajahnya dalam-dalam. Tidak tahan mendengar perdebatan di pagi ini.

G E M I N I [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang