54)Seorang Imam.

275 23 8
                                    

-Maaf ya, kalo pendek. Happy reading! (・∀・)

HALWA | V2
SEASON 2
18. Seorang Imam

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ahli hikmah berkata,
"Kenalilah laki-laki itu dari perbuatannya,
Dan bukan pada ucapannya.
Serta kenalilah rasa cintanya dari matanya,
Dan bukan pada lisannya."

{Ta'sisul Ahkam 4/172}

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Ada."

"Hah? Ada?!" Arfan sungguh tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Siapa? Siapa perempuan itu?!"

"Dia--" Dengan hati yang ragu dan napas berat yang terembuskan, Bayu melanjutkan ucapannya, "Dia adalah ... Dokter Fahira."

"Hah? Hahaha." Arfan tertawa sambil menatap sang sepupu dengan tak percaya. "Lawakanmu lucu banget sih, Bay! Sampe rasanya aku gak bisa berhenti ketawa, nih!" Ia kembali tertawa.

Sementara itu, Bayu menatap Arfan dengan sorot mata yang menyiratkan perasaan bersalah sekaligus keseriusan. "Aku serius."

Tawa Arfan terhenti seketika itu juga.

Ia langsung menatap Bayu dengan serius. "Sejak kapan?"

"Entahlah. Aku gak tau pastinya itu sejak kapan, tapi yang pasti; sejak pertemuan pertama kami dulu, aku ... pikiranku jadi mudah terusik olehnya. Sesuatu yang benar-benar tak pernah kusangka akan terjadi padaku."

"Wah ... wah wah wah!" Arfan menggelengkan kepalanya takjub. "Kok bisa sih, kamu diem-diem aja selama ini? Kok bisa kamu bersikap tenang-tenang aja, tanpa pernah nunjukkin kalo sebenernya lagi "terganggu" sama sesosok perempuan?"

Dengan enteng dan nada mengejek, Bayu pun menjawab, "Bisa, lah, aku 'kan bukan kamu."

Arfan mendengkus mendengarnya. Namun, kemudian memilih untuk menanyakan hal lain yang saat ini jauh lebih penting. "Terus, kenapa nggak bilang dari dulu? Kenapa baru bilang sekarang?"

"Emangnya kenapa lagi kalo bukan karena gak enak sama kamu dan Mira?"

"Hah?"

Lagi, Bayu mengembuskan napas berat. Seberat bila harus menjelaskan sesuatu yang selama belasan tahun ini mesti dirahasiakannya.

"Dokter Fahira 'kan adeknya Kak Farhan, Fan, yang notabene-nya pernah disukai dan dekat sama istrimu, juga pernah jadi saingan cintamu. Gimana aku gak ngerasa gak enak hati, coba?"

"Hooo. Jadi begitu, ya?" Arfan berjalan mendekat. Kini, tangan kanannya terulur untuk menepuk-nepuk pundak sang sepupu.

"Kalo gitu, sebagai gantinya; gimana kalo aku dan Halwa jadi perantara ta'aruf-nya kalian?" tanyanya sembari tersenyum.

Yang dibalas Bayu dengan senyuman pula.

~•~••~•~••~•~

"Wa, bangun, Wa!"

Arfan melirik jam dinding dengan angka Arab di kamar mereka. Lagi, ia mencoba membangunkan sang istri. Kini dengan menepuk pelan pipi kirinya.

"Halwaaa! Bangun, yuk, tahajud! Udah jam tiga, nih. Nanti keburu azan subuh, loh!"

Namun, Mira hanya bergerak sedikit dan membalas dengan, "Iya, sebentar," tanpa membuka matanya.

[SHRS1] HALWA | V2 | SELESAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang