-Versi ke-2 cerita HALWA.
[Spiritual-Hurt-Romance]
•MULAI: 1 Maret 2019.
•SELESAI: 15 Mei 2021.
•••
Disaat ia telah nyaman akan penantiannya selama ini, mengapa dia malah hadir dengan segala ketulusan hati?
Mengapa dia malah jatuh hati kepada gadis...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HALWA | V2 SEASON 2 15. Hati Para Hamba-Nya
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Hati para hamba, Digenggam erat oleh-Nya. Karena itu, Janganlah berputus-asa atas apa yang menimpamu. Sebab Dia, Akan senantiasa menguatkan hati kita.” -HALWA | V2-
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikumussalam … Bang Farhan?"
Jujur saja, setelah mendengar cerita Arfan tadi, Hanafi jadi bingung ingin bersikap bagaimana di depan Farhan. Itu semua karena Arfan menceritakan kisahnya dan Halwa dengan--terlalu--detail.
Sehingga, sangkut-pautnya Farhan dalam kisah mereka pun, telah Hanafi ketahui.
"Hanafi? Kok kamu ada di sini? Lagi nginep selama liburan pesantren, kah?"
"Eh? I--iya, Bang. Lagian juga … Hanafi kangen sama Teh Mira. Padahal baru kurang lebih dua bulan, nggak ketemu." Hanafi yang sejak tadi memilih untuk memandang ke arah lain, kini meluruskan pandangannya ke arah Farhan.
"Maaf, tapi … Abang mau apa ke sini? Ada urusan apa? Apa Teh Mira atau Bang Arfan udah tau, kalo Abang mau ke sini?" tanyanya berturut-turut, sebab merasa sangat penasaran sekaligus terganggu.
Tiba-tiba, suara Arfan yang bertanya menginterupsi keduanya.
"Siapa yang dateng, Fi? Kalo emang masih lama, ajak masuk aj--" Arfan mendelik kecil saat menemukan keberadaan Farhan tepat di teras rumahnya. "--Ada urusan sepenting apa, sampai Anda repot-repot datang ke rumah saya?"
"Maaf karena telah menyita waktu berhargamu, Fan. Aku cuma mau memberikan ini," Farhan menyodorkan sebuah undangan pernikahan berwarna hijau zamrud pada Arfan.
Arfan menerimanya dengan keterkejutan yang masih menyisa. Apalagi kala ia membaca nama yang tertera di undangan itu.
"Hannah Safinah Azkiya?"
"Iya? Kenapa?"
"Ah, nggak. Cuma …."
"Jangan sampai wanita itu kau jadikan pelarianmu, Kak," lanjut Arfan, dengan membatin.