36)Berdamai dengan Takdir.

918 40 12
                                    

-Hai, hai, haiiii! Author comeback, nih! Ada yang kangen, gak? /geplak Author/. Mon maap update-nya lama banget gini. Habisnya semenjak masuk semester dua, Author sibuk banget, sih *halah sok sibuk. Eh tapi emang beneran. Soalnya mulai semester ini ada PM, tugas juga makin banyak. Udah gitu, malah sakit. Jadinya gak sempet mulu mau update π.π
-Baca author's note di akhir sampe selesai, ya! Soalnya mau ada info.
-Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama!
-#jangan_lupa_vote!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Janganlah membenci sesuatu yang Allah pilihkan untukmu.
Sebab setiap musibah pasti dibalas;
setiap sakit akan diganjar;
setiap hilangmu pasti diganti;
setiap sabarmu pasti dihargai.
Kebaikan tidak datang kecuali setelah kamu berprasangka baik.”
•·Syaikh Abdul Aziz bin Baz·•

“Bagian paling sulit dari mencintai.
Adalah ketika kau harus mengucapkan;
"sampai jumpa lagi!",
tanpa pernah tahu dengan pasti.
Apakah nanti akan bertemu lagi?”
•·Anonym·•

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

•Mira's POV•

Berbulan-bulan lamanya telah berlalu. Seiring berjalannya waktu, saat-saat di mana aku harus pergi akhirnya tiba jua. Sebab tepat esok hari, bisa dibilang merupakan hari terakhirku berada di sini.

Esok pagi, aku akan berangkat ke sekolah. Tapi bukan untuk menuntut ilmu seperti biasanya, melainkan untuk mengurusi beberapa hal bersama murid lainnya. Sekalian untuk berpamitan pada mereka.

Malam yang sunyi dan dingin ini, seolah turut mengikuti aktivitasku guna mengenang apa yang telah usai. Ditemani gemericik air hujan, aku pun jadi terlarut dalam pikiran.

Berbeda dengan masa SD-ku yang terbilang panjang namun terasa cepat, masa SMP-ku yang cepat sekali usainya ini justru terasa lambat. Mungkin, karena aku menikmati masa-masa selama di sini.

Jadi walau sebenarnya begitu cepat, yang kurasakan malah lambat. Entahlah, aku juga tak mengerti. Yang kutahu, masa yang telah lewat ini begitu bermakna bagiku.

Aku masih ingat saat pertama kali menginjakan kaki ke bangunan besar bernuansa hijau yang dipenuhi tanaman itu; sangat asing. Tempat itu benar-benar baru pertama kali kulihat dan kusambangi.

Lalu di sebuah ruang kelas, tepatnya di dalam kelas 7A, benda-benda mati yang ada di dalamnya seolah menjadi saksi di mana aku mulai mampu membuka diri dan mendapat teman.

Saat itu, ada seorang siswi yang mengajakku berkenalan. Ia datang bersama dengan sang ibu. Namanya Talitha. Ia ramah sekali, begitu pun ibunya. Selama masa MPLS, aku duduk bersamanya.

Lalu kemudian, temanku bertambah lagi. Namanya Veby. Ia mengajakku duduk bersama kalau kami menjadi teman sekelas selepas MPLS. Dan benar. Kami sekelas di kelas 7E sedangkan Talitha tetap di kelas 7A.

Begitu menginjakan kaki ke dalam kelas 7E pun, memberi kesan berbeda. Seolah Allah telah memberiku sebuah pertanda, bahwa akan ada banyak kejadian tak terduga yang 'kan menyapa.

Di kelas paling ujung dengan belasan pot tanaman milik murid-murid di bagian belakangnya tersebut, aku mendapat delapan teman baru selain Veby. Yah, walau ada beberapa yang sudah kukenali sebelumnya.

[SHRS1] HALWA | V2 | SELESAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang