•)Epilog.

405 19 33
                                    

-Bagi yang belum baca bagian 60; dibaca dulu, ya! Happy reading! (・∀・)

-Bagi yang belum baca bagian 60; dibaca dulu, ya! Happy reading! (・∀・)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HALWA | V2
SEASON 2
Epilog

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Jika memang telah menjadi ketetapan Ilahi;
maka sejauh apa pun kakinya melangkah pergi,
hatinya akan menuntunnya kembali.”
-HALWA | V2-

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tak terasa, sudah 1 tahun lebih 5 bulan Arfan dan Mira membangun bahtera rumah tangga mereka. Bahkan kini, di rahim Mira telah tumbuh buah cinta mereka yang keduanya jaga sepenuh hati.

Arfan kira, istrinya akan terkejut, atau mungkin juga akan bersikap tak menerima. Apalagi saat mengetahui hal itu usia pernikahan mereka barulah berusia 1 tahun lebih 4 bulan, yang artinya baru 5 bulan setelah mereka mendiskusikan perihal tak ingin memiliki anak dalam waktu dekat.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Mira dengan mudah juga dengan senang hati menerima. Arfan sangat bersyukur, sebab ia pikir, sepertinya keadaan sang istri sudah benar-benar pulih. Maka dari itu ia pun sudah siap menjadi seorang ibu.

"A'a, aku mau bubur kacang, tapi aku maunya kamu yang buatin!"

Arfan tersenyum kala mengingat rengekan Mira yang tengah mengidam--sebab kehamilannya baru memasuki trimester pertama--itu.

Ia menyinduk sedikit bubur kacang yang sejak tadi dibuatnya, lalu mencicipi rasanya. Merasa cukup, dituangkannya sesinduk demi sesinduk ke dalam mangkok yang ukurannya tak terlalu besar, karena Arfan hafal sekali porsi makan Mira itu sesedikit apa. Bahkan, bubur kacang yang ia buat pun tak banyak. Mungkin hanya bisa digunakan untuk dituangkan keempat buah mangkok.

Lain dengan porsi makannya yang sedikit, Mira justru lebih banyak minum--minum air putih lebih tepatnya. Karena itu, selain semangkok kecil bubur kacang yang sudah ditenggelamkan separuh badan sendok di dalamnya, Arfan juga menaruh segelas penuh air putih di atas nampan.

Ia beranjak dari dapur, segera menghampiri sang istri yang sejak menunggunya membuatkan bubur kacang memilih untuk bersantai di ruang keluarga.

Dengan bibir yang menyunggingkan senyuman, Arfan mereka ulang kejadian sebulan lalu dalam kepalanya.

Hari itu hujan terjatuh dengan deras sampai menimbulkan bunyi yang keras di atas setiap genteng rumah. Namun, semua orang yang bernaung di dalamnya sudah terbiasa, sebab selama hampir dua bulan, hujan memang sering sekali turun--hampir setiap hari.

[SHRS1] HALWA | V2 | SELESAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang