32)Allah Penentu Segala.

795 36 8
                                    

-Akhirnya bisa update juga, hehe. Maaf ya, telat banget. Habisnya sibuk di sekolah, terus sempet kurang sehat juga. Tapi pas liburan nanti, insyaaAllah bakal update kayak dulu. Soalnya cerita HASNA udah mau tamat :D
-Chapter ini panjanggg! Moga-moga gak puyeng ya! XD
-Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama!
-#vote_jika_suka!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Jika Allah menginginkan dua hati untuk bersatu.
Maka Dia pasti menggerakan keduanya, bukan hanya satu.”
-HALWA | V2-

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

•Mira's POV•

"Lalu perkataanmu waktu itu, apa maksudnya?"

Aku mengernyit mendengar pertanyaan Arfan. Perkataan yang mana?

"Yang mana?" Aku balik bertanya.

"Yang di Masjid itu loh. Yang kamu bilang, sikap sama perasaanku membebanimu,"

Aku menunduk seketika. Sebenarnya, aku juga ragu. Antara merasa terbebani dan tidak.

"Eum.. gimana ya?"

Aku memilih memainkan jari-jemariku. Ya, itu yang selalu kulakukan setiap kali merasa gugup, canggung, gelisah atau tak nyaman.

"Maaf Fan, maksudku bukan gitu. Aku bilang aku merasa terbebani, karena selalu terbayang masalah yang kupunya. Lagian, terbebani atau nggak, aku tetep gak akan bisa memaksa agar perasaanmu hilang, 'kan?"

Sebenarnya aku sedikit terbebani. Bukan hanya karena masalah yang kupunya. Tapi aku selalu merasa, kalau aku mesti membalas perasaan tulus Arfan, yang tentunya dibalut ketulusan pula. Itulah yang membebaniku.

Kulihat ia tersenyum tipis. "Oh, begitu. Kukira, kenapa …,"

"Oh iya, satu lagi. Kenapa kemarin kamu nangis?"

"Marwa," jawabku singkat. Karena Arfan pasti akan mengerti.

"Dan Kamila?" Aku mengangguk.

"Kamu masih kepikiran mereka, dan jadi sedih karena itu?" Lagi-lagi aku mengangguk.

"Tapi kayaknya, Marwa nggak demikian. Dia kelihatan bahagia tanpaku. Sedangkan aku gak bisa bener-bener bahagia tanpanya,"

"Udahlah Wa, lupain aja. Apa kamu lupa, dia dan temennya pernah berbuat 'jahat' pada Viola? Gimana kalo temen-temen kita yang lain ikut kena?"

Tidak, aku masih mengingatnya. Bagaimana Viola bercerita mengenai masa sulit selama berada di kelas 8, dengan wajah yang tampak sedih. Ia juga bilang, kalau ia menangis karena kejadian itu.

Tentunya, aku merasa bersalah. Aku merasa kalau yang dialami Viola, adalah salahku juga. Bukan hanya Viola yang 'diserang', tetapi Amel dan Heny--teman dekat mereka di kelas 8--juga.

Masalahnya adalah … mereka dijauhi oleh teman sekelas, dijadikan topik pembicaraan, dan banyak lagi. Tak beda jauh dengan yang aku dan Hashifah alami selama di kelas 8. Bedanya, 'Aini berteman dengan Marwa.

Kesal, pastinya. Tapi mau bagaimana lagi? Cerita buruk yang 'mereka' rangkai sendiri, telah masuk ke dalam pendengarannya. Jadi bila kujelaskan sekalipun, kurasa 'Aini tak 'kan percaya.

Aku menghela napas, "Kalo aja bisa.. aku pasti udah ngelupain dia sejak tiga tahun yang lalu, sejak mulai ada jarak di antara kami. Bahkan setelah dia berlaku kurang baik sekalipun, aku sulit untuk membencinya. Hanya sekedar.. kecewa,"

[SHRS1] HALWA | V2 | SELESAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang