30)Enggan Mengakui.

755 40 6
                                    

-Chapter ini banyak narasinyaaa. Soalnya, pake sudut pandang Mira (yang pertama) dan Arfan (yang kedua), biar kalian bisa lebih tau apa yang mereka rasa dan pendam. Wuilah 'Thor, bahasanyaXD.
-#jangan_lupa_vote!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Jangan pernah mengira tak mampu menerka isi hati sendiri. Karena bisa jadi …
hatimu telah memberi jawaban pasti,
namun egomu enggan mengakui.”
•Muhammad Arfan Ar-Rahman•

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

•Esoknya …
•Pukul 08:39•
•Mira's POV•

"Panca Aditya Nugraha,"

Kedua tanganku sudah bergetar sedari tadi. Padahal, Bu Eti belum memanggil namaku untuk maju ke depan. Dari banyaknya hal yang kutakuti seperti berenang, olahraga dan ketinggian, aku juga takut bila mesti berbicara di depan banyak orang.

Sebenarnya aku tak ingin menerka karena takut terjadi nyata. Namun, menelisik gejala yang kerap muncul ketika aku harus menghadapi hal-hal tertentu, membuatku mau tak mau memercayai apa yang pernah kubaca.

Anxiety disorder, atau gangguan kecemasan. Sesuatu yang selalu mengusik isi kepalaku, seolah meremas hatiku dan benar-benar membuatku sulit menjalani kehidupan sehari-hari.

Contohnya, saat ini, aku harus berpidato di depan murid lainnya. Padahal saat masih SD, aku biasa saja bila dihadapi yang begini. Aku bahkan terbilang sering mengikuti lomba dan tampil di muka umum, dulu.

Tapi semenjak masuk SMP, entah kenapa aku merasakan sesuatu yang aneh setiap kali akan atau sedang tampil di hadapan banyak orang. Saat pengambilan nilai olahraga juga aku mengalaminya.

Beberapa menit sebelum giliranku saja, gejala itu mulai muncul. Biasanya hanya akan hilang, bermenit-menit setelah hal yang harus kuhadapi itu, selesai kujalani. Benar-benar mengganggu!

Keringat menetes di pelipisku, kedua tangan bergetar dan mendingin, jantung berdetak dua sampai tiga kali lebih cepat dari detik jarum jam, badan terasa lemas, ketakutan, hati diliputi kecemasan, sesak napas, sulit fokus, dan isi pikiranku pun seolah terporak-porandakan.

Yang kubaca, seseorang yang mengidap anxiety disorder harus berusaha berpikiran positif, tenang, mengendalikan diri, fokus, dan mampu mengatur napas. Dan itu yang paling sulit untuk dilakukan.

Sekarang saja, pikiranku sedang berkecamuk antara yang negatif dan positif. Seringnya pemikiran negatif yang lebih besar, sehingga yang negatif itu menang dan membuatku hampir gagal atau bahkan gagal dalam melakukan sesuatu.

Isi pikiranku seakan sedang bersahut-sahutan, meneriaki perkataan negatif yang membuat kecemasanku semakin menjadi dan perkataan positif yang membuat kecemasanku mereda.

Yang negatif berkata;
Aku gak bakal bisa!
Mustahil bagiku buat melakukannya!
Ini terlalu susah buatku!
Gak akan bisa, gak akan pernah bisa!
Akhirnya pasti gagal!
Aku terlalu payah!
Aku gak bisa kayak mereka!

Sedangkan yang positif berkata;
Aku pasti bisa!
Kalau orang lain bisa, kenapa aku nggak?!
Pasti berhasil, pasti bisa!

[SHRS1] HALWA | V2 | SELESAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang