28)Kesempatan yang Memudar.

649 37 2
                                    

-Untuk minggu depan, Author gak janji bakal update. Pada Bulan November nanti juga update-nya mungkin bakal jarang, soalnya mau ada simulasi dan PENSI. Maaf ya;)
-#jangan_lupa_vote!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Jika saja dulu perasaanmu ditunjukkan melalui perbuatan dan bukan hanya perkataan,
maka akhirnya tak 'kan jadi merumitkan.
Karena yang kuinginkan adalah bukti nyata,
bukan sekadar kata-kata.”
•Halimah Amiratunnisa Liynatan Wasalsa Ash-Shidqia•

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

•Senin, 19 Agustus 2019•
•Pukul 11:43•

Mira berjalan gontai menuju Masjid, bersama dengan kesembilan sahabatnya. Karena hari ini adalah jadwalnya untuk BMQ. Jadi setelah mengumpulkan buku BMQ mereka, kesepuluhnya langsung bertolak ke Masjid.

"Ra.. kamu kok akhir-akhir ini sering 'aneh' gini, sih? Kamu gak apa-apa, 'kan?" Veby khawatir.

"Gak apa-apa, kok. Agak lemes aja."

"Kamu sakit?"

"Eum, nggak juga. Cuma pusing dikit."

Viola yang mendengarnya, beralih berjalan di dekat Mira sambil berbisik, "Apa gara-gara yang kubilang semalem, tentang Arfan?"

Mira mengangguk lemah. Sebab lidahnya seakan kelu untuk membicarakan yang sebenarnya. Bahkan sejak semalam, rasa kesal bercampur sedih masih menggelayut di hatinya.

"Kalo aja kamu jujur dari awal.. semuanya gak akan jadi begini, Arfan!"

Masalahnya ternyata, tentang isi chat Arfan pada Viola adalah … sekedar apa yang selalu dipikirkannya guna melupakan Mira. Ya, Arfan selalu berusaha untuk melupakan gadis itu. Apapun telah ia lakukan.

Berdo'a? Setiap malam bahkan dalam sujudnya, ia berdo'a agar mampu melupakan Mira. Sebab Arfan pikir, ia harapannya pada Mira telah pupus. Belum berhasil, ia pun berusaha memikirkan kekurangan Mira.

Yang mungkin hasilnya nanti akan sesuai terkaannya. Yaitu berhasil melupakan Mira, karena kekurangannya. Satu lagi, Arfan juga sempat dekat dengan Hafshah. Alasannya? Tentu agar mudah melupakan Mira.

Berbagai cara telah dilakukan Arfan untuk menyirnakan perasaannya pada Mira. Tetapi hasilnya … nihil. Perasaannya tak berubah sama sekali. Masih sama, seperti dahulu kala.

"Kenapa kamu kesel, Ra? Bukannya bagus ya, kalo ternyata apa yang dia bilang itu, cuma bagian dari rencananya?"

"Tapi, Vi." Mira berhenti melangkah. "Karena ucapannya.. aku sampe kesel dan nyimpen kekecewaan selama satu tahun lebih. Dan lagi, selama itu, Arfan gak pernah menyadari kesalahannya!"

"Aku tau dia nggak bermaksud begitu. Tapi tetep aja, perkataannya berpengaruh besar pada hatiku. Padahal dulu buat apa coba aku sampe kecewa segitunya? Sedangkan dia aja cuma bermain-main dengan kata-katanya,"

"Ra …,"

"Dan dia.. gampang banget sakit hati, tapi gak pernah sadar kalo perlakuan atau perkataannya juga pernah bikin aku terlukai. Yah, dia begitu juga kadang karena candaanku sih …,"

"Kuakui candaanku kadang kelewatan. Tapi belum semenit setelahnya, aku langsung bilang kalo aku cuma bercanda 'kan? Sedangkan dia, aku tau apa yang dia bilang tentangku dulu cuma biar bisa ngelupain aku, rencana semata. Namun meski begitu, hatiku tetep aja ngerasa sakit karenanya."

[SHRS1] HALWA | V2 | SELESAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang