21)Antara Memori dan Hati.

699 34 0
                                    

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Memori dan hati, bagiku keduanya sama-sama sulit dikendali. Memoriku lebih mengingat tentang ia, namun hatiku lebih condong kepada dia.”
•Halimah Amiratunnisa Liynatan Wasalsa Ash-Shidqia•

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

•Senin, 16 Juli 2018•
•Pukul 07:09•
•Mira's POV•

Setelah liburan selama kurang lebih sebulan, mulai hari ini kami akan masuk sekolah seperti biasa lagi, namun di ruang kelas yang berbeda.

Aku belum tahu akan berada di ruang kelas yang mana, begitu juga dengan sahabat-sahabatku yang lain. Sekarang, aku dan murid-murid lainnya sedang berbaris dan akan mengikuti ape'l di lapangan.

Karena masih belum tahu mengenai ruang kelas baru, jadi kami berbaris sesuai dengan urutan kelas ketika masih kelas 7. Di samping kanan barisan kami, ada barisan khusus untuk kelas 9 yang tadinya berada di kelas 8.

Aku menghela napas sambil fokus melihat ke depan, karena ape'l sebentar lagi akan dimulai. Lagi-lagi, aku baris di urutan ketiga. Paling depan ada Wulan dan tepat di depanku Amelia. Lalu di belakangku, Veby berbaris. Viola, 'Aini dan Aisya berbaris di urutan agak di belakang.

Dan yang paling menyebalkan, di sebelah kananku Arfan berbaris. Di belakangnya Bayu, Ikhwan, lalu Farid. Briandhika berbaris di paling belakang karena ia yang paling tinggi di kelas kami--yang laki-laki.

"Ikhwan, kamu 'kan tinggi. Ke belakang sana!" titahku.

Ikhwan itu tinggi tapi tidak sadar diri. Masa ia baris di urutan kelima? Padahal masih lumayan banyak siswa yang lebih pendek darinya.

"Tau nih. Kata Pak Adi 'kan barisnya harus sesuai sama tinggi badan," ujar Veby.

"Harusnya yang paling depan Surya, terus Asep, Fazle, Abdi dan Fadlan. Baru Farid, Bayu, Arfan, Ikhwan dan seterusnya!" sambungnya.

"Ya udah deh, iya-iya!" Para siswa itu pun membetulkan kembali barisan mereka.

17 menit kemudian. Ape'l pagi telah selesai dilaksanakan. Sekarang, aku, 'Aini dan Viola sedang menyusuri koridor sekolah guna mencari ruang kelas kami.

Kami hanya bertiga, karena Veby dan Aisya sudah menemukan ruang kelas yang akan mereka tempati nantinya. Veby di ruang kelas 8H dan Aisya di ruang kelas 8B.

"Kita di sini, Ra!" 'Aini menunjuk nama kami yang tertera di absen murid yang akan menempati ruang kelas 8F.

"Wah, kita barengan?"

Alhamdulillah. Meskipun tidak sekelas lagi dengan Veby dan Aisya, tapi aku akan sekelas dengan 'Aini. Karena setidaknya, masih ada yang kukenal dengan akrab.

"Lu mau duduk sama siapa? Sama gua aja, mau nggak?" tawarnya.

'Aini itu kalau berbicara, selalu memakai 'lu-gua'. Viola juga begitu sih. Namun hanya jika sedang berbicara dengan Veby, Aisya, 'Aini dan sahabat kami yang laki-laki saja.

"Emangnya kamu mau?"

Meskipun begitu, aku tetap membalasnya dengan 'aku-kamu'. Entahlah. Lidahku sudah terlalu terbiasa menggunakan panggilan itu. Bahkan pada teman laki-laki saja aku memakai 'aku-kamu'.

[SHRS1] HALWA | V2 | SELESAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang