3)Kayu yang Patah.

1.3K 63 9
                                    

Seminggu kemudian~

Sudah kurang lebih seminggu sejak kepergian Farhan. Sekarang ia beserta keluarga nya tinggal di rumah sang nenek, yang berada di daerah Jawa Barat. Keluarga Farhan hanya setahun saja di sana, hanya untuk menemaninya sampai lulus MI (Madrasah Ibtidaiyah), setelah itu mereka akan kembali lagi ke rumahnya yang semula. Sedangkan Farhan, ia tetap di sana untuk masuk pesantren.

Pengajian di rumah Ust. Qadir masih berjalan seperti biasa, namun sekarang tanpa Farhan. Hal itu membuat teman-temannya merasa terpukul. Terutama Ical, Gilang, dan Adit, mereka merasa sangat kehilangan.

Siang ini, sepulang sekolah, Mira bermain bersama dengan ketiga temannya; Salwa, Dea, dan Intan.

Seperti biasa, ia akan melakukan hobinya, menaiki pohon. Tapi, bukan pohon ceri di galian, melainkan pohon rambutan yang berada tak jauh dari rumahnya.

Mira memang agak sedikit tomboy, bukan hanya ia, sang kakak-Hanifia atau sering dipanggil Fia-juga seperti itu, terutama saat ia masih kecil dulu. Padahal Abi mereka seorang ustadz yang menjadi lulusan pesantren Manhaj Salaf. Bahkan, jika ada yang ingin mendaftar menjadi guru disana saja, ia harus lulusan Al-Azhar di Mesir, minimal S2. Dan syarat untuk masuk pesantren Manhaj Salaf untuk yang kuliah adalah menghafal minimal 5 juz Al-Qur'an. Dan juga, pesantren untuk Manhaj Salaf tidak hanya untuk MTs dan MA saja, tapi untuk kuliahnya juga ada.

Ust. Rahman-Abi Hanifia dan Mira-sendiri membiarkan mereka, dengan syarat tidak meninggalkan shalat dan tetap menutup aurat-bagi anak perempuannya. Ust. Rahman memang bukan Salafi-orang yang bermanhaj Salaf-tapi ia tetap masuk pesantren Manhaj Salaf dengan alasan ingin menambah ilmu pengetahuan agamanya. Lagipula, pesantren Manhaj Salaf-untuk kuliah-tidak mewajibkan seluruh santrinya bermanhaj Salaf.

Dalam keluarga Ust. Rahman, memang hanya sedikit yang benar-benar taat beragama. Sang paman, seorang Muhammadiyyah. Saudara jauhnya, seorang LDII. Dan ia sendiri, berkuliah di pesantren Manhaj Salaf. Sebelum kuliah disana, ia telah kuliah di IPB (Institut Pertanian Bogor), Fakultas Kehutanan saat Mira baru berusia 1 tahun, sampai ia telah berusia 4 tahun. Lalu, ia kuliah lagi di pesantren Manhaj Salaf, saat Mira berusia 5-6 tahun.

~~~

Seperti biasanya, Mira dan Dea yang menaikin pohon. Sedangkan Intan dan Salwa tetap di bawah, atau mencari kupu-kupu.

Semenjak Farhan pindah, Mira mulai jarang bermain dengan teman laki-lakinya-Ical, Gilang, dan Adit.

"Mbak Dea, Teh Mira!" panggil Intan sambil berlari kecil ke arah Dea dan Mira yang sedang berada di atas pohon.

Dea yang tadinya sedang mengambil buah rambutan pun menengok sekilas, "Apa?" tanyanya lalu kembali fokus mengambil buah rambutan tersebut.

"Kenapa?" tanya Mira yang sedang membaca komik sambil duduk di atas pohon.

"Aku mau nyamper Mbak Salwa dulu, ya?" izin gadis kecil berambut hitam kecokelatan tersebut, Intan.

"Iya,"
"Hm,"
Jawab Dea dan Mira singkat. Intan pun berjalan menuju rumah Salwa, yang letaknya hanya beberapa meter saja dari tempat mereka sekarang.

"Ra," panggil Dea.

"Hm?" tanya Mira tanpa memandang Dea.

"Tau gak, kenapa aku sama Salwa pindah tempat ngaji?" tanya Dea. Memang, beberapa hari yang lalu, Dea dan Salwa pindah tempat mengaji. Yang tadinya di rumah Ust. Qadir, sekarang di rumah Ust. Iwan.

[SHRS1] HALWA | V2 | SELESAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang