9

446 79 17
                                    




BRAAKK

BRAAKK

BRAAKK

" HUWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!"

" KAK JENO, NINGNING GAK KUATT!!"

" Tahan bentar!!" setelahnya, Jeno masih sibuk mencari benda untuk membarikade pintu. Ia sampai bingung, dimana meja-meja besi yang biasanya digunakan sebagai cadangan disimpan, karena digudang ini tak ada barang-barang semacam itu.

" Sial!" rutuknya pelan lalu berbalik pada Ningning yang kini bercucuran air mata. Wajahnya yang putih bahkan sudah memerah.

" Kak Jeno Ningning gak mau ma--ti..." lirihnya pada Jeno yang makin mendekat. Pemuda itu tersenyum untuk pertama kalinya, senyuman teduh, bermaksud menenangkan Ningning.

" Kamu--Kita gak akan mati." ujarnya perlahan lantas menahan pintu dengan sebelah tangannya karena suara dobrakan pada pintu masih terdengar. Tangan yang bebas ia gunakan untuk menarik tangan Ningning, mengisyaratkan agar gadis itu menjauh dari pintu.

" Sekarang, kamu sembunyi disana, yang di deket lem---" Seketika Jeno sadar, bahwa ada sebuah lemari besi berukuran sedang tepat pada tempat yang awalnya akan ia gunakan untuk persembunyian Ningning. Saat itu juga, rasanya Jeno ingin menangis karena senang.

" Ning! Tahan lagi pintunya! Kakak mau ambil lemari itu dulu!!" tekannya lalu berlari kearah lemari. Namun sayangnya, ia terjatuh dengan posisi yang kurang bagus. Dan besar kemungkinan, kaki kanan Jeno terkilir.

" AAKHHHH!! Hssssss...." desisnya panjang membuat Ningning yang awalnya fokus pada pintu di depannya, berbalik dan malah menangis deras melihat kondisi Jeno.

' Kak Jeno...' batin gadis itu sedih. Ia tak akan bisa menahan pintu ini lebih lama lagi. Tapi juga tak mau kalau sampai zombie-zombie itu masuk kedalam sana. Ningning belum mau mati, begitu inginnya.

Dan dengan air mata yang terus mengalir, Ningning mengerahkan seluruh tenaganya untuk menahan pintu. Meski hasilnya sia-sia. Manusia mana yang bisa menahan dorongan sepuluh zombie yang entah kenapa kekuatannya lebih besar dari zombie biasa.

Pintu memberikan sedikit celah, hingga beberapa tangan dari para zombie itu berhasil terselip kedalam, mencoba meraih apa saja yang ada di dalam sana. Tangan-tangan berurat dan bercakar kotor itu terus berusaha menerobos masuk, apalagi ketika melihat Jeno dalam keadaan membungkuk membelakangi mereka.

Hingga beberapa detik setelahnya, terdengarlah teriakan seseorang.

" KAK GISELLE??!"
























" YANGYANG LARIIII!!"

" HE-HEI!! TUNGGUU! TTUNGGUU!!"

Kedua manusia itu berlari sekuat tenaga, setelah berhasil memancing zombie-zombie tadi hingga melupakan manusia lain yang berada dibalik pintu–yang masih mensyukuri entah keberapa kali keselamatan mereka.

" AKU BILANG TADI BAWA SENJATA YANGYANG!" Teriak Giselle kesal sambil terus berlari.

" AKU LUPA IHH!!" keluh Yangyang tak terima dimarahi seperti itu oleh gadis yang masih sibuk berlari disebelah, ah bukan tapi didepannya. Yangyang merasa heran, bagaimana badan sekecil itu bisa berlari dengan begitu cepat? Dan ia pun terus berlari, mencoba menyamakan posisinya dengan Giselle.

Hingga akhirnya, keduanya sampai pada belokan yang mengarah langsung ke lorong ruang zombie dan ruang makan alias kantin. Mereka terus berlari hingga akhirnya, menoleh kebelakang dan menemukan delapan zombie yang benar-benar mengejar mereka.

Virus of Zee[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang