14

386 65 4
                                    


Kedengarannya bodoh kalau aku masuk ke gedung ini sendiri. Karena jelas, ini bukan gedung yang dimaksud Mark, maka aku tidak tau apa yang akan menyambutku didalam sana.

Tapi ya mau bagaimana lagi. Jika aku ingin membawa Yangyang keluar, maka aku harus masuk ke dalam.

Yangyang memang bodoh. Aku tau, tidak perlu di ingatkan lagi. Padahal sebelumnya dia sendiri yang menyuruhku untuk tidak masuk, tapi justru ia yang masuk seorang diri kesini.

" YANGYANG!" teriakku seperti orang tolol. Seharusnya, aku tidak berteriak senyaring itu karena bisa saja memancing seseorang atau mungkin zombie yang masih ada disini. Namun, persetan dengan itu semua. Aku sekarang lebih suka di luar sana dibanding didalam sini.

CLAK! CLAK! CLAK!

Aku berhenti sejenak. Suara tetesan air yang menggema kembali terdengar. Dan melihat tetesan darah segar (bahkan ada yang kubangan) tersebar dimana-mana, aku mulai merasakan ada yang tidak beres dengan tempat ini.

" Haha...a-aku kenapa sih?" gumamku kecil sambil tertawa pelan, mencoba menghilangkan rasa takut yang mulai menghinggapi ku.

Hingga suara pintu terbuka dan langkah kaki nyaring terdengar di bagian depan gedung, aku pun akhirnya memilih berlari ke salah satu tangga disana dan naik ke lantai selanjutnya. Sekali lagi, PERSETAN dengan apa yang ada di dalam sini. Yang penting aku cari Yangyang dulu dan keluar dari sini dalam keadaan hidup.

Namun konyolnya, aku sama sekali tidak begitu berhati-hati begitu sampai di lantai dua. Hingga tanpa sengaja, terpeleset pada kubangan air kental berbau amis dan berwarna merah sedikit kecoklatan. Cahaya di lantai dua juga remang-remang, jadi bukan salahku sepenuhnya sampai terpeleset seperti ini.

Dan kini, bisa kurasakan jika tubuhku basah juga lengket.

" Iyuhhh..." Keluhku jijik. Percayalah, kalian juga pasti akan benci berada dalam keadaan seperti ini. Aku bahkan mulai merasakan mual gara-gara semua bau amis yang menyengat ini.

Oke Giselle, mari fokus!

Karena pencahayaan yang kurang, aku jadi bingung sendiri bagaimana mau mencari keberadaan Yangyang. Dan dengan keadaan seperti ini, ditambah rasa takut yang menyelimuti, aku jadi panik. Lagi pula, aku tidak yakin kalau Yangyang naik ke sebelah sini.

Aku ingin menangis sekarang.

" ....apa ini?" gumamku pelan setelah merasakan sesuatu menetes di pipi. Oh bodoh! Tentu saja aku menangis. Aku tidak mau berbohong, kalau sekarang aku benar-benar menangis. Menangisi keadaanku yang begitu menyedihkan.

Suara-suara ramai seperti orang-orang yang sedang berbicara membuat kesadaran ku kembali. Dan panik masih menguasai ku. Sekejap kedua tanganku bergetar dan kakiku hergerak tidak bisa diam.

Berjalan beberapa langkah kesana kemari seperti orang linglung. hingga aku melihat sebuah pintu yang sedikit terbuka dan dari celahnya aku mencoba mengintip ke dalam.

Tapi sayangnya karena terdesak keadaan, aku langsung masuk tanpa melakukan pengecekan kecil terlebih dulu. Ku kunci pintu itu agar tak ada satu pun orang yang bisa masuk ke dalam sini. Setelah memastikan pintu benar-benar terkunci, aku berbalik dan memperhatikan ruangan bernuansa putih itu dengan seksama.

Tidak ada apapun disana. Memperhatikannya dan menyadari jika ruangan ini hanya ruang kosong, aku jadi kecewa.

" Yangyang kau dimana?" gumamku lirih. Aku terduduk dilantai, sambil mendekap erat lututku dan menyandarkan punggung ini ke dinding serba putih di ruangan ini. Lagi-lagi ketakutan kembali kurasakan. Kali ini, aku merasa gelisah juga.

Hingga sebuah suara terdengar di balik pintu ruangan ini. Aku sedikit terkejut, dan dengan sedikit tergesa berdiri dari dudukku.

" Kita harus segera melakukan pengeboman pada gedung ini,"

Virus of Zee[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang