28

332 56 10
                                    

Rasanya sakit. Kepalaku sakit. Perutku juga mual, dan nafasku sesak. Detak jantungku berpacu dengan cepat, seolah-olah aku baru mengalami hal yang membuatku syok.

Ta-tapi...apa ini?

Kenapa?

Ada apa dengan tatapan orang-orang ini..?

Ini...tatapan yang menghakimi ini lagi...

Apa yang sudah dilakukan si breng*** itu?!

Aku mengambil nafas sebentar sebelum menatap mereka. Ada ketakutan terpancar dari sorot mata yang bermacam-macam itu. Dan ketakutan itu menggangguku.

Hei, aku bukan monster seperti itu.

"Jadi, apa yang sudah dilakukan oleh Theodore Kim, pada kalian?"

Dan sesuai dugaan, mereka semua terkejut mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulutku.

"Apa maksudmu?" tanya salah satu perempuan, dan mendekat padaku.

Aku menatapnya dengan senyuman kecil. "Jadi, dia membuat masalah lagi ya?" tanyaku tanpa menjawab pertanyaannya. Bertanya, seolah-olah ini adalah hal yang biasa.

Tapi responnya terlihat tidak suka dan tidak puas.

"Terserah. Aku cuma mau tahu apa yang sudah dilakukan altar ego-ku pada kalian." aku terdiam begitu juga mereka.

Perempuan tadi memandangku dengan pandangan yang rumit.

"Apa kau...pengidap DID?" salah satu laki-laki disana maju lebih dekat dengan tatapan matanya yang terlihat gusar.

"Bingo!" aku tersenyum manis, hingga mataku menyipit.

Padahal, rasanya sakit sekali.

"Kalian pasti pernah mendengarnya kan?"

"Apa kami bisa percaya pada orang sepertimu?"

"Yah..itu terserah padamu." aku mengendikkan bahuku.

Tapi kemudian aku menghela nafas panjang. Rasanya benar-benar menyedihkan. Aku benar-benar kesakitan. Dan aku tahu, mereka tidak salah disini.

Mereka hanya berupaya melindungi diri. Bahkan...dengan ikatan tali yang kini membelengguku.

"Aku minta maaf." Akhirnya aku menunduk. Aku menyesalinya. Aku menyesali semuanya.

"Atas nama altar ego-ku, Theodore Kim, aku minta maaf pada kalian semua. Apapun yang dia perbuat, cidera apapun yang kalian dapatkan, aku hanya bisa meminta maaf pada kalian."

Itu benar. Meski tak bisa melakukan hal lain yang lebih berguna, setidaknya aku bisa meminta maaf dan ini tulus.

Aku tidak berharap mereka memaafkanku, tapi jika tidak dimaafkan...rasanya, yang benar saja.

"Apa kau bisa membuktikan kalau kau tidak berbohong?"

Aku mengangkat kepalaku dan menatap perempuan didepanku dengan datar. Dia perempuan lain. Penampilannya terlihat kacau...astaga! Jangan-jangan...!

"Ka-kamu..." aku jadi gemetar sendiri membayangkan ulah Theodore.

Sial*n si gila ini! Apa sih yang dia lakukan?!

"...Jangan berpikir...yang aneh-aneh," perempuan pertama menatapku dengan tajam.

Aku menghela nafas. Jika benar dugaanku, maka aku mungkin tidak akan bernafas lagi sekarang.

"Ah benar-benar ya. Oh! Kalian bisa melihat catatan pemeriksaanku! Ada di kamar dengan nama 'S.Kim' di pintunya. Silahkan~"

Meski awalnya terlihat ragu, namun 2 orang bergerak, perempuan pertama dan laki-laki yang mengetahui jika aku pengidap DID.

Virus of Zee[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang