24

328 61 23
                                    

Ningning mengerjap. Matanya mencoba menyesuaikan keadaan ruangan dimana ia berada yang penuh dengan lilin.

Mungkin, untuk menerangi ruangan. Tapi kesannya malah seperti sebuah perkumpulan pemuja setan.

Ningning mencoba menggerakkan kedua tangannya. Namun aneh, tangannya tidak mau menuruti kehendak Ningning dan tetap berada di belakang tubuh gadis itu.

Dengan sedikit ringisan, gadis itu menoleh ke belakang.

Oh, ternyata tangannya diborgol.

"Bo-borgol??"

Kali ini, Ningning mencoba menggerakkan kakinya. Namun lagi, hal yang sama terjadi.

Kali ini kakinya hanya diikat dengan sebuah tali tipis yang cukup ketat. Ningning yakin jika tumit dan mata kakinya akan memerah setelah ini.

"Kau sudah sadar..."

Ningning mengalihkan atensinya pada si pembicara. Gadis itu lantas menatapnya bengis.

"Kau! Kau penjahat!!" Bentak Ningning.

Senyum Tio meluntur, tergantikan dengan raut wajah sedih. Ia baru saja senang saat melihat Ningning bangun pagi ini. Namun sayang, gadis itu rupanya mengingat apa yang terjadi.

Padahal, awalnya ia berharap Ningning mengalami amnesia sehingga mudah untuk memanipulasi pikirannya.

"Maaf, aku terpaksa. Kau tidak mau mendengarkan ku. Disana itu berbah—"

"TAU APA KAU DENGAN APA YANG ADA DILUAR SANA HAH?!?" sela Ningning berteriak nyalang.

"Kau bahkan tidak pernah pergi kesana kan?! Iya kan?! Kau pembohong!!" caci Ningning murka.

Tio meringis ngilu. Ia sedih dikata-katai seperti itu. Namun, apa yang dikatakan Ningning tidak sepenuhnya salah. Hanya saja, Tio jelas tau keadaan diluar sana berbahaya.

"Aku minta maaf. Ini demi kebaikanmu." tukas Tio lalu melangkah pergi keluar dari ruangan itu meninggalkan Ningning sendiri yang kini terus memberontak dan meneriaki Tio dengan kata-kata penuh kebencian.

_______

"Itu isinya apa?"

"Ini?" tunjuk Jeongin, Giselle mengangguk. Pemuda itu mengangkat totebag hasil jarahannya —dengan nekat ke dalam toko buah itu—lalu menunjukkannya pada Giselle.

Isinya penuh dengan makanan kering.

"Oke." angguk Giselle.

Gadis itu sendiri bersiap dan mengangkat ransel yang terus dibawanya. Ingat ransel milik Yangyang? Sekarang jelas pemiliknya adalah Giselle.

Suwoon membungkuk dibelakang Jeongin sebelum berdiri dan menarik ujung baju yang dikenakan Giselle.

"Kak Giselle," panggil Suwoon kecil.

Giselle menunduk dan menatap bocah itu. "Ya? Ada apa Suwoon?" tanya Giselle.

Suwoon tidak mengucapkan sepatah kata pun, namun kedua tangannya menyodorkan sebuah gunting pada Giselle. Giselle mengambilnya dan mengingatnya.

Ini gunting yang dipakai Yangyang untuk memotong rambutnya juga senjata yang mereka gunakan untuk melawan zombie.

"Terimakasih." tukas Giselle lirih. Suwoon mengangguk dan tersenyum imut. "Kak Giselle jangan bersedih lagi. Kak Yangyang pasti baik-baik saja." hibur bocah itu.

Giselle membalasnya dengan senyuman tipis.

"Ya, kuharap begitu."

"Ayo berangkat." ajak Haruto.

Virus of Zee[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang