23

346 62 9
                                    

"Kak Giselle,...kau tidak apa-apa?" tanya Haruto.

Mereka kini berada cukup jauh dari tempat terakhir dimana mereka meninggalkan Yoshi, Yangyang juga Yedam.

Keempat orang yang tersisa itu menghela nafas. Mereka bersembunyi di belakang sebuah toko. Kebetulan, bagian belakangnya memiliki tempat kecil yang sepertinya adalah tempat penyimpanan cadangan.

Terbukti dari beberapa box buah, juga sayur. Tapi beberapa sudah busuk dan layu.

"Aku tidak apa-apa. Kau bagaimana?" tanya Giselle balik. Pemuda ini terlihat sangat tinggi tapi nyatanya dia yang paling muda setelah Suwoon. Jadi, wajar jika Giselle mengkhawatirkannya.

Suwoon? Dia baik-baik saja. Dia dan Jeongin sedang memakan buah-buahan yang masih segar disamping Haruto.

Haruto menggeleng kecil. Ia bersedih, sangat sedih dengan kehilangan ini. Kehilangan dua kakak'nya. Tapi, ketika melirik Giselle, ia tahu jika gadis itu merasakan hal yang sama. Yangyang meninggalkannya juga.

Haruto jadi malu menunjukkan sikap cringe nya.

Tapi dia tidak bisa sebaik kata-katanya. Pemuda itu menangis tertahan. Terisak-isak hingga akhirnya air mata jatuh begitu deras.

Suwoon dan Jeongin kompak menoleh.

"Kakak mau buah?" tawar Suwoon. Namun Haruto menggeleng kecil. Ia masih sibuk dengan tangisnya.

Giselle mengusap bahu lebar Haruto perlahan. Ia tersenyum sendu, mengisyaratkan agar Haruto melanjutkan tangisnya hingga ia puas. Hingga kesedihan itu perlahan-lahan sirna, meski sulit.

"Kita lanjutkan perjalanan saat matahari terbit. Sekarang masih malam." putus Giselle. Tanpa mereka sadari, mereka pergi dari gedung itu pada dini hari.

Semuanya mengangguk terkecuali Giselle. Jeongin bangkit dan melakukan sedikit peregangan.

"Apa kita tidak bisa masuk ke toko ini kak?" tanya Jeongin penasaran.

Pemuda itu mengetuk-ngetuk pintu kayu di depannya dengan pelan.

"Hust! Jangan macam-macam!" sentak Giselle. Jeongin terkekeh kecil. Ia pun duduk kembali dengan Suwoon, dan setelah itu keduanya bercerita random. Mulai dari hobi, mainan kesukaan sampai kegiatan ketika malas.

Giselle tersenyum tipis, mereka kecuali Haruto terlihat baik-baik saja. Walau sebenarnya Giselle lah yang tidak baik-baik saja.

Ia menoleh ke depan dan menunduk dalam. Kakinya ia lipat dan kepalanya ia tumpukan diatas lutut.

"Kalian... jangan tinggalkan aku ya?" ia memiringkan kepalanya, menghadap kekiri dimana ketiga laki-laki itu menatapnya bingung.

"Aku... sudah kehilangan banyak orang.." lirih Giselle memperhatikan dengan seksama wajah mereka. Ia tersenyum, tapi air matanya menetes.

"Ini sudah ketiga kalinya orang-orang meninggalkan ku, aku...tidak bisa kehilangan lagi."

Jeongin mengangguk paham, begitu juga Haruto dan Suwoon.

"Suwoon akan terus bersama kakak!" seru Suwoon bersemangat.

"Hum! Jeongin juga! Tolong kerja samanya kak Giselle!!"

Haruto menyeka ingusnya dengan lengan baju. Ia tertawa kecil menyadari tingkahnya sendiri.

"Kakak harus membantu Haruto agar menjadi seberani kakak, jadi kita harus terus bersama!" balasnya setuju dengan yang lain.

Giselle terkekeh kecil. Kali ini, ia tidak akan berharap lebih. Tapi jika bisa ia ingin terus bersama mereka bertiga. Percayalah, sendirian itu tidak menyenangkan.

Virus of Zee[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang