18

380 71 9
                                    


Jika Yangyang dan Giselle masih beruntung karena hanya bertemu 7 zombie, maka kelompok Mark sedang sial karena harus bertemu zombie aneh yang rupanya tersembunyi di sebuah ruang di gedung tempat mereka berada.

" Aku pikir tempat ini aman, ternyata tidak ya?" delikan Haechan begitu tajam pada Mark sehingga si empunya hanya bisa menelan ludah kasar. Zombie ini berukuran sedikit lebih besar dan memiliki telinga runcing seperti kucing. Giginya pun tidak hanya bergeraham tapi juga bertaring. Tentu memudahkan mereka untuk menggigit mangsa dengan baik.

Melihat ini, Ningning seperti dihadapkan kembali pada kejadian sebelumnya. Dan kembali mengingatkan nya pada Giselle dan kakak laki-laki nya. Gadis itu memegang erat tali ranselnya dan bersembunyi dibalik punggung Renjun dan Jeno.

Entah sejak kapan, tapi sepertinya Jeno mulai bertanggung jawab atas keamanan dan perlindungan gadis itu. Dia bahkan berdiri paling kokoh di depan Ningning. Ningning sih, dia sudah bersyukur karena meski Yangyang tidak ada disini bersamanya, orang-orang tidak membuangnya sama sekali.

Karena senjata yang dibawa oleh rombongan Jaemin di tinggalkan di bagasi mobilnya, mereka jadi hanya punya senjata seadanya. Jeno senapan yang selalu disandangnya, Renjun dengan pistol blok yang terselip disaku jaketnya dan Haechan dengan sebuah pisau lipat yang entah darimana ia dapatkan.

Sementara Jaemin dan Mark menggunakan sapu dan alat pembersih lain sebagai senjata. Lalu Winter yang membawa sarung tinju serta karina yang ada dibawah perlindungan Mark. Kondisinya benar-benar tidak baik dan dia dipaksa untuk baik-baik saja dalam keadaan ini.

" Zombienya sedikit, tapi cukup kuat!" keluh Renjun sambil terus menembakan peluru dari senjata apinya.

BUKK!
BUKK!!
BUKK!!!

Pukulan beruntun terdengar dan Winter terlihat kelelahan setelah menyelesaikan satu zombie dengan bantuan Haechan. Kedua orang itu beradu kepalan tangan sambil tersenyum senang. Sementara Mark dan yang lain masih sibuk membereskan zombie aneh yang tersisa.

DOR!
DOR!
DOR!
CKLEK! CKLEK!

" ASTAGA, HABIS??!" seru Renjun kesal dan melemparkan sembarang pistol kosong itu. Ia tahu kalau tidak ada peluru cadangan untuk pistol itu di dalam ransel yang mereka bawa karena itu dia berpikir pistol tak lagi berguna.

Pria tampan itu menguatkan tinjunya dan bersiap memukul wajah buruk rupa zombie yang berupaya menangkap Ningning. Namun, tikaman Haechan pada ubun-ubun makhluk itu mendahului Renjun untuk melenyapkan apa yang seharusnya tak hidup itu.

Pria itu nyengir menampilkan barisan gigi-giginya yang rapi. Sementara Renjun pun hanya mengangkat ibu jarinya sebagai tanda terima kasih. Ia menoleh pada Ningning yang langsung menampilkan senyum padanya.

" Udah gak takut lagi ya sekarang?" tanyanya.

Ningning mendengus.

" Gak!" balas Ningning acuh. Gadis itu kemudian mendekat pada Mark dan Jeno yang tengah berbincang. " Kak Mark, ini minumnya, emm kak J-Jeno juga..." Ucapnya sedikit gugup, apalagi saat Jeno juga ikut menoleh padanya.

Mark mengambil sebotol air minum dan mengajak yang lain untuk minum bersama-sama. Ningning kebingungan dan langsung bertanya pada laki-laki disebelahnya itu.

" Air minumnya masih banyak kok kak. Ningning akan membagikannya pada yang lain juga, kenapa kakak malah membagikan satu botol minum untuk semua orang? Apa cukup?"

Mark terkekeh pelan lalu mengusak surai Ningning. Ia pun menjawab dengan senyuman.

" Kita tetap harus berhemat, Ningning cantik. Apalagi disaat seperti ini." Ningning menunduk dalam dan mengangguk. Ia merasa bersalah dengan keenakan saat memakan dan menggunakan barang-barang yang dibawa Yangyang dan Giselle sebelumnya. Dan tidak memikirkan bagaimana kedua orang itu melewati para zombie saat berusaha mencari semua barang ini.

Virus of Zee[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang