"Winter, atau Kim Minjeong ada di ruangan nomor 16. Jeno dan Renjun memiliki kamar yang bersebelahan, 22 dan 23. Kau harus cepat, karena kudengar mereka juga akan ikut pergi hari ini." Mark mendengarkan perkataan Yeri dengan seksama.
Sesekali bertanya tentang apa yang tidak ia tahu, dan Yeri menjawabnya dengan lugas.
"Jadi, apa kau juga akan ikut?" tanya Mark. Ia sebelumnya menawarkan Yeri untuk ikut dengannya keluar dari sana sekarang. Mark memang ingin menyelesaikan semuanya, ia ingin mempertemukan Jeno kembali dengan Haechan bila saja pemuda yang juga bermarga Lee itu masih hidup.
Dia juga ingin mencari Giselle. Dia ingin mengatakan sesuatu yang penting dan ingin Giselle mengetahui beberapa hal yang mungkin tak ia ketahui. Mark merasa punya tanggung jawab, dan ia sedang mencari teman yang bisa diandalkan seperti Jungwoo dan Yeri.
Untungnya Jungwoo sudah tentu akan ikut tapi Yeri, belum memberikan jawaban.
Gadis itu termenung sesaat membuat langkah kaki mereka memelan diantara orang-orang yang berlalu lalang dengan buru-buru. Sedangkan Mark dan Jungwoo masih setia menunggu jawaban gadis berjas putih disamping mereka.
"Aku...
...kurasa tidak, Mark."
Bahu Mark merosot. Ia sedikit kecewa dengan jawaban yang diberikan Yeri. Ia pikir, gadis itu akan mau pergi dengannya.
Menyadari kekecewaan kawannya, Yeri menghela nafas pelan."Aku masih harus berada di bawah HI-TECH company, untuk urusan yang penting. Mereka harus menjaga adikku, mereka harus membiayainya dan membuatnya hidup layak. Dan sebagai gantinya, aku disini untuk menjamin semua itu." ujar Yeri.
Hatinya merasa tenang setelah bisa mengatakan ini pada seseorang. Selama ini, dia selalu diam membuat banyak orang yang ada disekitarnya berpikir jika Yeri tidak suka banyak komunikasi. Padahal, dia tertekan dengan segala hal yang ia jalani.
Ada adik yang seharusnya ia lindungi, tapi karena emosi semata Yeri malah meninggalkannya dan menerima tawaran Osaki Nakawa. Dia menyesal dan untuk menebusnya, Yeri meminta agar Osaki Nakawa menjamin hidup adiknya untuk menjadi lebih baik.
Yeri tidak tahu apakah Sunoo akan memaafkannya atau tidak. Atau, apakah Theodore masih mengganggu hidup adik kecilnya itu atau tidak. Tapi Yeri selalu berharap yang terbaik, termasuk yang satu ini.
Dia bisa menggolongkan dirinya sebagai kakak yang buruk. Dimana wabah menyebar, dia sibuk terus dilaboratorium sampai tak sempat meminta seseorang untuk membantunya mencari Sunoo. Benar-benar, Yeri merasa buruk. Ia yakin, mamanya sangat kecewa dengan Yeri sekarang.
"Lalu bagaimana jika sebenarnya adikmu itu sudah mati?" tanya Mark sangsi. Yeri langsung menoleh dan menatapnya tajam."Tidak ada gunanya kan, kau tinggal disini?" tanya Mark lagi.
"Dia tidak--"
"Who knows, Yeri! Kau bilang sendiri padaku jika adikmu sangat lemah, dia selalu butuh orang lain disampingnya. Tapi, kau malah meninggalkannya tanpa mengingat fakta bahwa Sunoo hanya bisa bertahan ketika ada kamu sebagai kakaknya untuk membawanya dari tahap depresi terdalam!!"
Yeri terhenyak. Dia tidak bisa mengatakan apapun, tidak juga bisa membantah. Aura dingin menguar disekitar mereka. Yeri menunduk penuh penyesalan, sedangkan Mark menatapnya sendu. Dan ada dikondisi ini membuat Jungwoo menjadi canggung.
"Baiklah Yeri, kalau kau memang memiliki keputusan sendiri. Walau aku masih ingin kau ikut dengan kami, aku tidak akan memaksa lagi." ucap Mark akhirnya dengan helaan nafas berat mengiringi.
"Aku pinjam kartu identitasmu." pinta Mark setelah terdiam beberapa saat. Yeri pun segera memberikannya.
Ia kembali menatap manik Mark."Maafkan aku." ujarnya sedikit menggumam. Mark tak banyak berkomentar. Ia tersenyum kecil dan mengusap pelan pucuk kepala Yeri."Dimaafkan, tapi berjanjilah untuk tetap bertahan dan hiduplah dengan baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Virus of Zee[✓]
Science FictionAku dituduh dan dihukum untuk hal yang tidak pernah kuperbuat,... Aku, dituduh membunuh seseorang yang bahkan tidak aku kenal.... Pada hari dimana seharusnya keadilan ditegakkan, tidak ada satupun yang menolongku. Semua memilih menutup mata. Dan akh...