10

474 83 15
                                    


Ningning memandangi dengan sendu gadis yang masih betah terbaring di tempatnya saat ini, tanpa mau menunjukkan tanda-tanda akan bangun.

Sudah 1 jam lamanya, dan Giselle tak juga membuka matanya. Seakan enggan menatap Ningning, dan karenanya gadis itu benar-benar merasa bersalah.

Sementara disisi lain, para pemuda tengah berunding untuk menentukan apa yang terbaik yang harus mereka lakukan saat ini. Apalagi sekarang, gedung itu bukan lagi tempat aman mengingat gerbang dibawah sana benar-benar penyok karena zombie yang tak menyerah sejak kemarin.

" Kita harus segera pergi dari sini." ujar Yangyang mengemukakan pendapatnya. Renjun pun ikut mengangguki. Jaemin juga sebenarnya tak keberatan, tapi masalahnya ada di navigator mereka.

" Aku juga. Maksudku, kita memang harus segera pergi dari sini." timpal Haechan dengan kata-kata yang tak jauh berbeda dari Yangyang.

" Tapi teman-teman, kita pergi kemana? Navigator kita bahkan belum sadarkan diri." tukas Jaemin yang langsung mengubah pandang semuanya pada Ningning dan Giselle.

" Dan aku juga tak mau ambil resiko dengan coba-coba seperti ini. Lebih buruknya lagi, kita bahkan tak tahu tempat apa yang akan kita datangi." Sambungnya membuat teman-temannya terdiam. Jeno berdiri dan menatap keluar ke bawah. Gerbang tinggi itu tak akan bertahan lebih lama. Jeno pun lelah kalau harus bertarung lagi.

" Bagaimana kalau begini saja," ujar Renjun yang langsung mendapatkan atensi dari empat laki-laki lainnya.

" Begini, kita tunggu Giselle sadar dimobil saja. Kita tunggu sambil melanjutkan perjalanan, dan untuk kali ini kendarai mobilnya pada kecepatan yang rendah, selain untuk mengulur waktu, tapi juga untuk menghindari zombie yang peka*." Tuturnya dan Jaemin terlihat menimang rencana itu.

" Hmm, boleh juga, kit—"

" Kak Giselle??! Kak? Kakak baik-baik saja? Kakak butuh apa??" Seruan Ningning membuat kelima pemuda yang sibuk berunding tadi lantas berbondong-bondong mendekati dirinya dan Giselle. Mereka memandang Giselle dengan sumringah, ketika tau gadis itu mulai membuka matanya.

Namun Jaemin menemukan kejanggalan. Gadis tak nampak dalam kesadaran sebenarnya.

" Hei, coba kalian semua mundur dulu." ucapnya pelan.

Yang lain langsung menuruti dan menjauh sedikit dari tubuh Giselle yang masih asik terbaring, sementara matanya terbuka lebar, menatap kosong kedepan.

" Hei Gi, ayo bangun. Kami menunggu mu disini."  Ujarnya pelan sambil mengusap puncak kepala Giselle. Tak lama, sorot mata gadis itu menyendu, dan menyipit.

" S-siapa...." gumamnya yang lebih mirip berbisik. Ia seolah tak mampu mengenali sosok yang saat ini kebingungan dengan pertanyaan itu. Namun, sebelum Jaemin kembali berbicara, kedua manik hazel itu tertutupi perlahan oleh kelopak mata yang menutup.

Orang-orang yang awalnya menjauh langsung mendekat dan menanyakan apa yang terjadi pada Jaemin.

Jaemin hanya diam sambil menggeleng. Namun, tak lama pemuda itu membuka mulutnya.

" Agaknya, ia mengalami kontak dengan alam bawah sadarnya, sehingga ia lupa mana kenyataan mana ilusi atau halusinasinya semata." Ningning menutup mulutnya sendiri.

Gadis itu shock mendengar penuturan Jaemin. Tak ia sangka, dari kejadian ini bisa membuat Giselle sampai mengalami halusinasi. Dan sekejap, air matanya kembali tumpah.

" Cup cup! Menangis tak akan bisa membuat Giselle bangun Ning, sebaliknya kau harus bisa kuat agar Giselle juga bangun setelah mendapat transfer kekuatan darimu. Ayo, beri dia semangat!" Titah Yangyang, yang entah bagaimana bisa membuat Ningning terdiam.

Virus of Zee[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang