Yangyang POVAku begitu senang ketika berhasil mengambil ponsel dari saku celanaku. Begitu ponsel tepat di depan wajahku, aku sedikit terkejut mendapati nama adikku-Ning ning-terpampang dilayarnya.
Apa mungkin dia mengkhawatirkan ku gara-gara bencana ini?? Tapi, masa iya berita ini langsung menyebar sampai ke China?
Dengan gerakan cepat, aku menekan tombol hijau dilayar, yang artinya aku menerima panggilan masuk itu.
Yang pertama kali kudengar adalah suara gemuruh. Orang-orang berteriak dan tangisan. Eh-ada suara geraman?
" Halo? Ada ap-"
" Kakak aku ada di Korea!" Mataku membelalak dan tanpa sadar langsung memekik karena ucapan adikku barusan.
" APA YANG KAMU LAKUKAN DISINI?!" tanyaku geram dengan tingkah luar biasa adikku ini. Mengabaikan tatapan kesal Giselle karena berteriak hingga mengagetkannya tadi.
Aku melirik ke arah monster-monster itu, mereka masih terlihat linglung. Mungkin pendengaran mereka terganggu, makanya tidak segera menyadari keberadaan kami.
Semoga saja memang iya.
" A-aku mau menyusul kakak. K-kami masih ad-da dibanda--rra." sepertinya Ning ning cukup takut dengan nada suaraku tadi hingga suaranya terdengar ciut dari sebrang sana.
" Kami?" dahiku mengerut. Kami? Itu artinya dia tak sendiri.
" Iya, kak Renjun disini." Aku menghembuskan nafas lega. Setidaknya, ada kawanku yang pasti menjaganya disana.
" Tunggu ak-" belum sempat menyelesaikan ucapanku, Giselle menyela.
" Kau kenapa berteriak sih?!" tanyanya sembari berbisik, namun tak luput dari nada panik dan kesal.
" Sstt! Adikku ada di Korea." sahutku dan menunjukki ponsel yang masih kugenggam.
" Apa?! Kau bilang adikmu ad-"
" Memangnya apa yang kubilang?" Potongku dengan wajah polos, memilih pura-pura lupa kalau aku sudah mengatakan jika Ning ning ada di China.
Giselle memandangku datar sekali, membuat kekehan tanpa dosa keluar begitu saja dari bibirku.
" Dia dibandara, dan kupikir-aku harus menjemputnya!" ujarku berapi-api. Aku khawatir, meski jelas Renjun akan menjaga gadis kecilku. Tapi tetap saja, dia adalah tanggung jawabku.
Kulihat, Giselle menghela nafas. Dia terlihat enggan untuk membantuku. Dan kurasa, aku akan melakukan perjalanan ini seorang diri.
Ya, dia juga pasti ingin pergi ketempat lain, atau menemui seseorang mungkin. Anggota keluarga, atau teman dekat. Jika mereka masih hidup sebagai manusia.
Merasa sudah tau apa jawaban Giselle, aku jadi ikut-ikutan menghela nafas. Panjang dan berat.
Namun, jawabannya justru membuatku terkejut, sekaligus senang.
" Baiklah, ayo kesana. Kita cari adikmu sama-sama." ucapnya seraya melukiskan senyuman tipis dibibir mungilnya. Seperti virus yang menular di luar sana, senyuman Giselle juga menular begitu saja padaku. Membuatku tersenyum layaknya orang gila.
" Itu artinya, kita harus bebas dulu dari sini!" tukasnya membuatku menyadari dua hal. Satu, monster-monster itu sudah mulai mendekat, hingga jaraknya tak jauh dari tempat kami sembunyi. Aku bahkan bisa mencium bau amis yang menguar bagai parfum dari tubuh dekil mereka.
Dan dua, kemana mayat manusia tadi?
Lalu, kenapa ponselku tak bersuara lagi?
Selang beberapa detik aku memikirkan kedua-- ah ketiga, hal tadi, ponselku kembali mengeluarkan bunyi seperti teriakan seseorang yang memanggil namaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virus of Zee[✓]
Science FictionAku dituduh dan dihukum untuk hal yang tidak pernah kuperbuat,... Aku, dituduh membunuh seseorang yang bahkan tidak aku kenal.... Pada hari dimana seharusnya keadilan ditegakkan, tidak ada satupun yang menolongku. Semua memilih menutup mata. Dan akh...