7

500 85 12
                                    


" Ayo cepat!!!" Jaemin memutar kemudinya dan langsung menginjak pedal gas, lantas memasuki tempat parkir tertutup sebuah gedung besar tinggi, yang pintunya masih dibuka oleh pemuda lain yang memanggil mereka.

DRAAGGG!!

Semua yang ada didalam mobil itu langsung menoleh kebelakang karena terkejut dengan suara pagar besi tinggi yang ditutup dengan cara dibanting. Disusul dengan suara-suara gaduh dari luar pagar.

DRUGHH
DRUGHH
DRUGHH

Semakin lama, suaranya tak menghilang, namun malah terdengar semakin banyak yang mencoba merobohkan pagar itu.

Jaemin mengusap keringat didahinya, sementara Yangyang sudah melemaskan diri pada sandaran kursi, juga Renjun. Giselle mulai bisa bernafas dengan benar lagi, setelah sebelumnya ia hampir mati kekurangan oksigen karena ketakutan.

BRAAKK

Bunyi pintu tarik tempat parkir yang ditutup itu terdengar nyaring, membuat Ningning gemetaran seketika.

Ia sedikit mengintip, dan lagi-lagi sembunyi karena tempat parkir yang tertutup, dan cahayanya hanya remang-remang sehingga terlihat seperti tempat parkir di film-film horor.

" Kalian bisa keluar," ujar pemuda yang meneriaki mereka tadi. Ia tersenyum di kaca mobil samping kemudi, lalu menjulurkan lengannya mencoba berjabat tangan.

" Aku Lee Haechan. Salam kenal." Jaemin tersenyum dan membalas perkenalannya. Ia juga turut memperkenalkan yang lainnya, dan bergantian Haechan memperkenalkan temannya yang juga membantu mereka dengan mengalihkan perhatian zombie tadi.

" Dia Jeno. Lee Jeno. Marga kami sama, tapi kami bukan saudara." Jeno hanya menatap mereka malas.

Seolah merasa tak penting dengan sekelompok orang yang hanya lewat begitu saja bahkan ketika dirinya mencoba memberi petunjuk agar berhenti dan segera membantunya dan Haechan agar bisa kabur dari tempat itu.

Ya, yang dilihat Ningning itu mereka. Namun sayang, karena tak ada yang bisa melihat lebih jelas lagi, mereka malah berlalu begitu saja membuat rasa senang dalam hati Jeno melebur begitu saja.

Sekarang, ia merasa kesal, apalagi saat Haechan memintanya membantu orang-orang itu. Dan sebagai balasan, ia mengatai mobil Jaemin dengan sebutan rongsokan yang sempat membuat si pemilik kesal, tak terima mobilnya yang baru memasuki usia 2 bulan itu dikatai rongsokan.

" Kalian yang tadi?" tanya Giselle ragu ketika dirinya memutuskan keluar lebih dulu. Disusul Ningning dan Yangyang.

" Ya." sahut Jeno singkat. Ia masih kesal, dan ketika Giselle membahasnya lagi, kekesalannya malah makin memuncak.

Gadis itu tersenyum kikuk mendapat respon yang bisa dibilang kurang baik dari Jeno. Lalu ia memandang Haechan yang tengah menatap Jeno malas.

" Sudah berapa lama kalian disini?" tanya Ningning seraya mengamati tempat parkir seram itu. Haechan menghidupkan terlebih dulu lampu neon disana, sebelum menjawab pertanyaan gadis itu.

" Sejak kemarin pagi—lebih tepatnya sejak wabah ini mulai menyebar," ia memeluk dirinya sendiri, lalu bergidik ngeri.

" Kalian tau? Lebah itu lebih brutal dari macan yang mau menerkam mangsanya!" keluhnya lalu duduk lesehan dilantai tempat parkir. Ia menyandarkan kepala pada tembok dibelakangnya, dan sesekali menghela nafas.

" Aku tidak tau keadaan ibuku bagaimana...." semua menatap Haechan yang kini tengah memejamkan matanya erat. Sungguh, dalam hatinya, Haechan sangat ingin segera pergi dari sana, dan mencari tau keberadaan juga keadaan ibunya. Dan, ayahnya juga.

Virus of Zee[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang