With Park Chandra

925 56 20
                                    

Aku tidak mau lagi diam di belakang seperti seorang penonton. Pura-pura buta dengan kesempatan emas yang ada di depan mataku. Untuk pertama kalinya aku berusaha dan ini untuk membuktikan akulah yang pantas bersanding dengan Wendy.

•••

Menaklukkan 2 orang barbar bukanlah hal yang mudah. Aku harus memutar otak dengan tenaga ekstra untuk memikirkan bagaimana cara ampuh melenyapkan mereka berdua. Awalnya memang tidak mudah.

Tapi, berterimakasihlah pada kecerdasan yang aku miliki. Aku bisa mengalahkan mereka berdua, Chanyeol dan Charis, dengan cara yang bisa dibilang sangat cerdik. Pertama-tama, aku membiarkan Charis menyingkirkan Chanyeol dan disaat Charis lengah, aku langsung melancarkan serangan balik kepadanya.

Selamat tinggal manusia-manusia menyebalkan, aku tidak perlu lagi harus pusing untuk mengurus kalian berdua. Ternyata, cukup menyenangkan juga bisa hidup seperti layaknya manusia normal. Aku bisa melakukan apapun yang aku mau tanpa harus berbagi tempat dengan orang lain yang ada di dalam kepalaku.

Tidak lupa, aku juga menghilangkan semua bukti kejahatan yang masih tersisa. Aku tidak mau kecolongan oleh polisi. Membersihkan noda hitam itu hingga ke akar-akarnya. Aku juga meminta beberapa orang untuk mengikuti Mark yang sudah pindah ke luar kota Seoul. Tepatnya di kota Daejeon bersama keluarganya. Aku tidak akan membunuhnya. Aku hanya ingin memastikan Mark tidak akan membuka mulutnya tentang aku. Aku belum bisa percaya 100% jika pria itu sudah kehilangan sebagian ingatannya. Bisa sajakan dia hanya bersandiwara dan menyusun rencana baru untuk menusukku dari belakang?

Hah, aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan gadis itu. Aku benci mengakuinya, tapi aku sangat merindukannya. Aku segera mengirimkan pesan singkat padanya. Meminta gadis itu untuk meluangkan waktunya untuk menemuiku.

Apa kau sibuk? Kalau tidak, aku ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat? Ada hal penting yang inginku katakan padamu.

Begitu yang aku ketik di dalam kotak pesan. Aku meletakkan ponselku di atas meja belajar dan mataku beralih pada buku pelajaran yang sudah tergeletak di atas meja. Aku berusaha keras untuk konsentrasi belajar. Tapi, tetap saja pikiranku selalu melayang pada gadis itu.

Huh, menyebalkan sekali. Aku paling benci jika otakku sudah buntu seperti ini.

Ting!

Aku terlonjak saat mendengarkan notifikasi balasan. Aku langsung meraih ponselku dan membukanya.

My bae
Kebetulan hari ini aku tidak sibuk. Mau ketemu dimana, Oppa?

"Ketemu dimana ya?" aku memiringkan kepalaku, menimbang-nimbang dimana tempat yang tepat untuk bertemu dengannya. Di rumahku? Tidak-tidak. Kalau di caffe? Terlalu ramai, aku tidak suka. Mungkin di taman? Ah, tidak ada salahnya juga jika kami pergi kesana.

Bagaimana kalau ke taman? Kita sudah lama tidak kesana, bukan?

My bae
Taman? Baiklah! Aku siap-siap dulu ya, Oppa! See you |°з°|

Aku tidak dapat menahan bibirku untuk tidak tersenyum. Ya, Tuhan. Gadis ini lucu sekali.

Aku langsung bersiap-siap, membersihkan tubuhku, mengganti pakaianku dan menyambar kunci motorku. Aku tidak mau membuat dia menunggu.

Tidak butuh waktu lama bagiku untuk sampai ke rumahnya. Aku memarkir motorku begitu saja di depan halaman sembari melihat-lihat sekitar.

Ceklek!

Mataku terpaku dengan presentasi seorang gadis yang tengah berdiri di dekat pintu rumahnya, dia sepertinya sedang sibuk merapikan rambut panjangnya yang terurai indah.

Three Faces ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang