Trust me, he's crazy!
•••
Duduk di tepian ranjang yang menjadi tempat peraduan gadis itu di alam bawah sadar. Kedua bola matanya bergulir, mengamati bagaimana damainya wajah gadis yang sedang terlelap di dalam bunga tidurnya. Dadanya naik turun, nafasnya juga cukup teratur. Di matanya, gadis itu tetap terlihat cantik walaupun matanya sedikit sembab akibat terlalu banyak menangis. Matahari sudah beranjak naik dari arah timur, menunjukkan sinarnya pada dunia. Mungkin ini sudah siang. Dan disini, kekasihnya masih belum sadarkan diri sejak peristiwa tadi kemarin malam.
Chanyeol menggigit bibir bawahnya. Memutar telapak tangannya sendiri yang menjadi penyebab kenapa Wendy masih belum sadar dari tidurnya. Apa Charis memukul tengkuk leher Wendy terlalu keras kemarin? Hah, semoga saja pukulan Charis tidak meninggalkan bekas pada lehernya.
"Maafkan aku, Wendy. Aku tidak bermaksud melakukan itu padamu." Chanyeol mengusap wajahnya kasar, memutuskan untuk menunduk. Memikirkan apa yang telah dia perbuat selama ini.
Dengan kedua tangannya, dia melenyapkan banyak orang. Ibunya, Paman Joo Man dan 2 preman sialan yang hendak menyakiti mereka kemarin. Hanya 1 orang yang dia biarkan hidup di sebuah gudang tua di tengah hutan. Itupun dengan kondisi yang sangat memperihatinkan. Diikat dan dibiarkan begitu saja di sana.
Memang, bukan dia yang melakukannya. Yang melakukan perbuatan keji itu adalah Charis. Tapi, tetap saja. Chanyeol merasakan pahitnya buah dosa yang telah ia perbuat kini menjalar di dalam hatinya.
Chanyeol menatap pantulan dirinya di permukaan cermin besar yang terpasang di dinding kamarnya. Itu adalah dirinya. Itu adalah tubuhnya. Namun, ada orang lain yang juga ikut andil dalam mengontrol semua yang ada di dalam dirinya.
Chanyeol memegang kepalanya. Suara-suara perdebatan keduanya kembali terdengar. Ah, mereka berdua bertengkar lagi.
"Kalian berdua. Bisa tenang sedikit tidak?"
Chandra dan Charis, dua kepribadian yang berbeda. Kadang membuat kepalanya pecah setiap kali berdebat dengan mereka. Bersemayam di dalam dirinya. Mengambil alih tubuhnya setiap kali dia tak mampu harus berbuat apa. Disaat dia ingin sendiri dan menghindar dari jangkauan sang ibu. Chandra lah yang hadir menggantikannya. Disaat ia merasa tertekan dan terancam. Charis senang hati akan melenyapkan segalanya.
Entahlah, Chanyeol harus bersyukur atau malah merasa sial untuk kehadiran mereka berdua.
Pertengkaran itu akhirnya terselesaikan. Yah, seperti biasa. Charis dengan pikiran gilanya selalu memancing Chandra untuk mengeluarkan kata-kata pedas padanya. Dan berakhir dengan dirinya-Park Chanyeol-yang meminta mereka berdua untuk saling mengalah.
"Haah~ kalian membuatku pusing." keluhnya.
"Kau ... Kau sudah gila!"
Pria itu tertawa pedih. Mungkin gadis ini benar. Dia sudah gila.
"Astaga, aku hampir saja lupa." Chanyeol menepuk jidatnya. Dia memutuskan untuk bangkit dari posisinya saat ini. Berjalan ke arah lemari pakaian, membuka pintu lemari dan menggeser habis semua pakaian yang tergantung di dalamnya. Ada sebuah pengait kecil di atas sana. Dia menarik pengait itu yang ternyata adalah sebuah lubang kunci yang mengarah pada ruangan rahasia.
Chanyeol tak mau salah langkah. Dia yakin, ibu Wendy pasti sudah melapor pada polisi. Jika dia bertindak gegabah. Polisi pasti dapat dengan mudah mencium gerak-geriknya dan menaruh curiga padanya. Chanyeol tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.
Dia membukanya. Tidak ada yang istimewa. Ruangan rahasia yang hanya berisikan sebuah lemari sederhana dan single bed.
Ia kembali ke arah Wendy. Dengan hati-hati menggendong Wendy dan membawa gadis itu ke dalam ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Faces ✔
FanfictionWENYEOL VERSION | Mungkin sekilas, dia tampak seperti kebanyakan orang pada umumnya. Tapi, percayalah. Dia tak seperti yang kalian kira. COMPLETED | Started at, 16-06-2020